Nasional

BKKBN Jatim Gelar Audiensi Bersama Pemkab Jember di Kantor Bupati Jember

Bangga Kencana || Jember – Bupati Jember Hendy Siswanto diwakilkan Wakil Bupati H. Balya Firjaun Barlaman atau Gus Firjaun menerima rombongan audiensi Perwakilan BKKBN Jatim, dikantor Bupati, Senin (27/2/2023)

BKKBN Jatim dan Pemkab Jember Audiensi Penurunan StuntingRombongan BKKBN di ketuai Kepala Perwakilan (Kaper) BKKBN Provinsi Jawa Timur Dra. Maria Ernawati M.M., didampingi sekretaris Nyigit Wudi Amini, S.Sos, M.Sc., ketua tim Dalduk Uni Hidayati, ST, MM. dan Kepala Balai Diklat KKB Jember Ronald Stefen Rigo, SE, MM.

Hadir juga Ketua Konsorsium Perguruan Tinggi Prof. Dr. Sri Sumarmi, S.KM., M.Si., Ketua Konsorsium Uiversitas Jember Dr. Leersia Yusi Ratnawati, S.KM., M.Kes., Peneliti Madya BRIN Dr. Iswari Hariastuti, M.Kes.

Wakil Bupati didampingi beberapa kepala dinas mengatakan mewakili Bupati menerima rombongan BKKBN Jawa Timur dalam rangka membahas strategi penurunan stunting.

“Periode emas tahun 2045 agar tercapai perlu adanya pertemuan berkelanjutan untuk mencari strategi dalam penurunan stunting,” terangnya.

Maria Ernawati menyebutkan di tahun 2021 penurunan angka Stunting 23,5 persen, turun di tahun 2022 menjadi 19,2 persen, dan nasional 21,6 persen.

“Perlu kami informasikan BKKBN Jatim ditahun 2021 membentuk konsorsium perguruan tinggi, sekatang beranggotakan 20 perguruan tinggi, dan keliatan UIN Jember akan ikut bergabung,” terang Kaper.

gus-firjaun-terima-rombongan-audiensi-bkkbn-jatim-di-jemberDalam pergerakan konsorsium ada 3 sasaran, pertama riset Stunting, kedua KKN Tematik dengan tema pelayanan KB Pasca persalinan, dan ketiga pendampingan dari WHO dengan donasi Vitamin Angel ( yang mempunyai akses untuk vitamin Angel adakah Unhas dan Unair).

“Langkah strategis dikawal dari hulu dari remaja calon pengantin, yang diharapkan pernikahan anak bisa diturunkan, karena faktor perkawianan anak penyumbang terbesar Stunting, sudah ada tim pendamping keluarga, setiap tahun berorientasi dalam peningkatan,” terangnya.

Di Jawa Timur tim pendamping berjumlah 31.243 terdiri dari 3 pihak, bidan, nakes dan PLKB, yang mendampingi desa menggunakan data Pendataan Keluarga yang dihelat 5 tahun sekali dengan memakai sistem By name by addres.

“Kami berharap pemerintah daerah mengandeng pihak swasta untuk membantu menangani Stunting, donator di kemas dalam bapak asuh Stunting,” ungkap Kaper.

Terakhir, Maria Ernawati berhara ada forum diskusi kecil untuk membuat satu strategi di Jember dalam waktu tidak lama bisa ada penurunan stunting.

“BKKBN menerapkan kearifan lokal membuat Dapur Dasyat untuk mengintervensi penurunan stunting,” pungkasnya.

Prof Sri Sumarmi kesempatan itu menjelaskan terbentuknya konsorsium perguruan tinggi dalam penurunan stunting disemua provinsi.

“Jawa Timur yang progresif dan solid dalam konsorsium perguruan tinggi. Tahun kemarin kami mendapatkan matching fun dana pendampingan. Ada 2 sumber dana, BKKBN dan Dikti. Operasional dari BKKBN dan mensimulasi percepatan program dari Dikti,” terang Prof Mamik panggilan akrabnya.

“Pergutlruan tinggi melibatkan semua unsur mahasiswa dan dosen. Mahasiswa mengadakan KKN tematik, dan dosen menjadi wahana pengabdian masyarakat dan pengajaran, dalam arti kami bisa mengimplementasi teknologi dan inovasi dihasilkan perguruan tinggi masuk dalam program untuk masyarakat,” terangnya.

Prof Mamik menjelaskan bahwa ia menyoroti strategi program kabupaten bisa berhasil menurunkan Stunting karena strategi yang tepat.

hendy-siswanto-terima-rombongan-audiensi-bkkbn-jatim-di-jember“Jember juga diharapkan punya strategi yang lebih baik. Memilih fokus pada upaya memiliki daya ungkit tinggi dalam penurunan stunting sesuai standart Stunting WHO yang sudah divalidasi untuk daerah sedang berkembang,” terangnya.

Diakhir kata Prof Mamik menerangkan aspek penyebab stunting, tinggi badan ibu dan prematurium (bayi lahir sebelum waktunya). “Strategi jangka pendek mengatasi prematurium dan jangka panjang kualitas fisik (tinggi) ibu diatasi dengan pemenuhan gizi,” pungkasnya.

Dalam diskusi, Wakil Bupati Jember mengatakan terimakasih kepada BKKBN Jatim dan Prof Mamil terkait intervensi penurunan stunting dari hulu. Dari informasi dan masukan tersebut akan menjadi bahan untuk program TPPS di Jember.

“Kami harapkan pertemuan ini bisa menjadi akar permasalahan sehingga bisa dilakukan solusi dan didapatkan treatment yang tepat, ” tutur Gus Firjaun.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, dr Koeshar Yudyarto mengatakan Hasil dari SSGI menjadi bahan evaluasi untuk memperbaiki. 2023 sudah dilakukan penimbangan bayi dan sudah dilakukan pendataan dan pemetaan daerah lokus stunting.Kabupaten Jember juga melakukan program pendewasaan usia menikah dan kesehatan calon ibu. Secara konvergensi akan dilakukan untuk semua program tersebut.

“Adanya perbedaan data stunting dari pendataan internal Jember dengan data SSGI. Hal ini menjadi evaluasi Pemkab Jember karena dulu penimbangan dan pengukuran dilakukan oleh kader sedangkan tahun ini dilakukan oleh tenaga kesehatan dari puskesmas, ” jelasnya.

bkkbn-jatim-gelar-audiensi-bersama-pemkab-jember-di-kantor-bupati-jemberSetelah pemetaan lokus, ungkapnya, Pemkab Jember akan melakukan program penambahan asupan gizi dengan bantuan daging baik daging ayam maupun daging sapi. Begitu pula dengan tambahan vitamin akan dikaji ulang karena di Kabupaten Jember banyak obat dan vitamin yang kadaluwarsa dan akan dimusnahkan dengan membutuhkan dana kurang lebih Rp 7 milliar.

“Vitamin tersebut di drop dari Pemerintah Pusat dengan waktu kadaluwarsa yang memang sudah mendekati masa kadaluwarsa, ditambah dengan Pandemi Covid 10 yang vitamin tersebut tidak terserap maksimal, ” jelasnya.

Kepala DP3AKB Kabupaten Jember Suprihandoko menjelaskan saat ini pihaknya sedang melakukan TOT 80 kader yang akan mensosialisasikan untuk remaja perihal pendewasaan usia pernikahan, tentang kehamilan, pola asuh sebagai upaya pencegahan stunting. Sebanyak 700 remaja di Kabupaten Jember yang akan mendapatkan pendampingan dengan mendapatkan nomor id masing-masing.

“Kami akan melihat datanya dari 700 remaja ini, pada dua tiga tahun mendatang, apakah ini ada perubahan perilaku apa tidak. Edukasi sangatlah penting, terutama pada remaja akan pentingnya edukasi perihal pernikahan. Sebab jumlah janda atau perceraian di Jember sangat tinggi, “urainya. @red.

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button