Orientasi PK 2021 di Ikuti Kader Pendata Wilayah Arjosari Pacitan

Bangga Kencana, Pacitan – Menjelang Pendataan Keluarga (PK) 2021, sebanyak 85.420 kader pendata mengikuti orientasi dan pembekalan secara serentak di 38 kabupaten/ kota di Jawa Timur. Pada pembekalan hari Jumat tanggal 26 Maret 2021 dilaksanakan di Desa Gembong, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan, yang diikuti sejumlah 40 kader.
Kegiatan dibuka oleh Bapak Camat Arjosari Putatmo Sukandar, dan dihadiri oleh Bapak Agus Subagyo Plt. Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Penggerakan Dinas PPKB dan PPPA Kab. Pacitan, Pejabat Fungsional Koordinator Bidang Latbang Sukamto, S.E, M.Si., Sub Koordinator Program dan Kerjasama Totok Akbar Sriyudianto, S.Sos., M.Si., dan Tim Monitoring PK 21 Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur.
Orientasi ini merupakan tahapan yang sangat krusial sebelum pelaksanaan PK 2021 yang akan dilaksanakan pada 1 April s/d 31 Mei 2021. Pasalnya, pelaksanaan PK 2021 akan dilakukan oleh kader setempat dibawah pembinaan Penyuluh KB/Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PKB/PLKB).
Selain melakukan pendataan, kader juga melakukan komunikasi, informasi dan edukasi serta penyuluhan Program Bangga Kencana kepada keluarga di lingkungannya. Setelah mengikuti Orientasi Pendataan Keluarga 2021, kader diharapkan mampu memiliki pemahaman tentang mekanisme dan tata cara pelaksanaan PK 2021.
Terpisah Kaper BKKBN Jatim, Drs Sukaryo Teguh Santoso, M.Pd., menuturkan, PK 2021 merupakan kegiatan prioritas BKKBN yang dilaksanakan 5 tahun sekali, dalam upaya menyediakan data dan informasi keluarga by name by address. Data dan informasi keluarga ini penting dan strategis, karena tidak hanya sebagai alat untuk mengukur indikator kinerja utama program Bangga Kencana, tetapi juga untuk menyediakan data untuk kepentingan operasional penggerakan program Bangga Kencana di lapangan.
Selain menghasilkan data keluarga by name by address, PK 2021 juga mengidentifikasi keluarga beresiko stunting. Tahun 2019, prevalensi stunting di Indonesia sebesar 27,7 % (merupakan urutan ke-4 Dunia). Jumlah ini masih jauh dari standar WHO yang seharusnya di bawah 20%. @red