Keluarga Jawa Timur

“Ngoper Kanan” BKKBN Jatim Peringati Hari AIDS se-Dunia

Bangga Kencana || Surabaya – Perwakilan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Timur, gelar acara Ngoper Kanan (Ngopi Bareng Kaper dan Rekan) di studio BKKBN Provinsi Jawa Timur, jalan Airlangga no.31-32, Surabaya, Jawa Timur. Selasa (1/12/2020).

Acara Ngoper Kanan dengan mengambil tema, “Solidaritas Global Tanggungjawab Bersama” dalam memperingati Hari AIDS se-dunia (1 Desember) di pandu oleh Ketua Umum Insan GenRe Jawa Timur, Haydar Iskandar dan menghadirkan tiga Narasumber, Kepala Perwakilan (Kaper) BKKBN Provinsi Jawa Timur, Drs. Sukaryo Teguh Santoso, M.Pd., Direktur Eksekutif Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Timur, Zahrotul Ulya, S.Kep., M.M., dan Kasi Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) kota Surabaya, dr. Singgih Widi Pratomo, S.H., yang hadir secara virtual, serta dihadiri insan GenRe Jawa Timur dan Koaliasi Muda Kependudukan (KMK).

Ket: Zahrotul Ulya, Pak Teguh, Haydar Iskandar 

Pak Teguh dalam kesempatan itu menjelaskan bahwa dalam memperingati Hari AIDS se-Dunia adalah dengan memberikan edukasi dan melakukan aksi nyata terkait kewaspadaan penyakit AIDS.

“Sudah 32 tahun peringatan hari AIDS. Tahun 1988 adalah tahun pertama Kampanye Hari AIDS, yang dikampanyekan PBB melalui USAID. Kasus HIV/AIDS di Indonesia pada bulan Maret 2020 sebanyak 388 ribu. Itu yang ditemukan. Kasus HIV/ AIDS seperti fenomena gunung es. Kelihatan kecil tapi sebenarnya besar,” urai pak Teguh di acara Ngoper Kanan.

Ket: dr. Singgih 

“63 persen lebih umur 20-39 tahun terkena HIV/AIDS. Menular melalui hubungan badan, narkotika melalui jarum suntik. Perlu seseorang harus paham betul kesehatan organ reproduksi (kondisi sehat menyangkut organ dengan baik dan sehat). Pengetahuan remaja terkiat organ produksi masih minim,” terangnya.

“Di Jawa Timur HIV/AIDS Tinggi, BKKBN Jatim Preventive melalui edukasi terhadap kelompok berisiko salah satunya remaja. Agar mereka mempersiapkan diri sebagai keluarga sejahtera melalui program Generasi berencana,” jelasnya.

Pak Teguh juga menerangkan, BKKBN melalui jalur KB untuk memutus mata rantai penyakit HIV/AIDS adalah dalam program suntik KB, satu jarum suntik satu akseptor. Pemakaian kondom saat berhubungan seks. Dan jalur Keluarga dengan menanamkan 8 fungsi keluarga agar keluarga mempunyai ketahanan keluarga yang baik.

Kesempatan itu, Zahrotul Ulya menerangkan bahwa peringatan Hari AIDS se-dunia bertujuan untuk memberikan penghormatan kepada orang terdampak HIV/AIDS, kepada yang meninggal karena HIV/AIDS, dan kesemua pihak yang mempersiapkan pelayanan HIV/AIDS.

“HIV/AIDS tanggungjawab bersama. Kolaborasi masyarakat, PKBI dan pemerintah. PKBI berperan preventif, edukatif, dan refresif. Masyarakat bisa ambil tanggung jawab tidak mendiskriminasi ODHA, serta  tanggung jawab pemerintah memberikan layanan terkait AIDS,” jelas Zahrotul.

Haydar Iskandar dalam kesempatan itu bertanya terkait kriteria kelompok mana saja yang rentan penyakit HIV/AIDS. Zahrotul menjawab ada beberapa kelompok yang rentan yakni pengguna narkotika jarum suntik, pekerja seks, waria, kelompok usia produktif yakni remaja, dan ibu rumah tangga.

“Ibu rumah tangga rentan tertular virus HIV/AIDS. Kasusnya nomor 2 dari segi profesi. Program PKBI fokus dalam edukasi dan informasi ke masyarakat terkait HIV/AIDS. Ada pelayanan mobile clinik. Mendorong tes PCP (Pneumonia Pneumocystis),” urainya.

Kesempatan yang sama, Dr Singgih menerangkan melalui virtual bahwa AIDS merupakan penyakit disebabkan virus HIV. Dan hubungan dengan narkotika sangat erat.

“Tahun 1997 angka penderita AIDS tinggi akibat penyalahgunaan narkotika heroin melalui jarum suntik. Disurabaya saat ini bukan hanya jarum suntik tetapi penggunakan Stimulan. Pengguna stimulan mempunyai semangat yang luar biasa, bisa meningkatkan libido, hasrat seksual yang tinggi sehingga  perlakuan seks diluar nalar, gonta ganti pasangan, tidak menggunakan pengaman dalam hubungan seks. Perilaku seksual diluar batas (seks bebas, gonta ganti pasangan) jadi sarana Penyebaran virus HIV/AIDS,” urainya.

“Hasil penelitian 1,8 persen penduduk Indonesia menjadi penyalahgunaan narkoba. 40 persen generasi milenial. Narkotika merusak sistem saraf otak dan menjadi penyakit permanen. Di BNN ada program P4GN, program sosialisasi dan edukasi bahaya narkotika,” urainya.

Dalam kesempatan itu pak Teguh memberikan tips kepada para remaja mengisi masa remaja melakukan kegiatan positif dan hidup sehat. Ada 3 tips yang diberikan pak Teguh, yakni Remaja harus berpendidikan yang Tinggi. Sehat Jasmani, rohani dan sosial, serta Kompetensi menangkap peluang pangsa kerja yang ada.

“Manfaatkan kesempatan masa remaja, memanfaatkan pendidikan, bisa berorganisasi dan melakukan kegiatan yang positif. Kesiapan kehidupan berkeluarga, minimal 21 tahun untuk perempuan , dan 25 tahun laki-laki. Intinya meningkatkan kualitas diri selama masih remaja,” pesan pak Teguh.

Di ujung acara, Zahratul berharap skema program HIV/AIDS dipastikan berjalan sesuai dengan target. Melakukan edukasi dan mendorong kesehatan secara komprenhensif dan ramah, PKBI mengorganisir masyarakat, pemerintah pelayanan, dan adanya pendampingan terhadap Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA).

“ODHA memiliki tantangan yang berat, jangan mendiskriminasi akan tetapi harus memberikan support. PKBI survey terkonfirmasi positif HIV, ternyata tidak mengetahui resiko HIV/AIDS. Melihat hal itu pendidikan sangat penting sekali. Kesehatan reproduksi yang belum diadopsi di sekolah formal berharap akan diadopsi dan masuk di kurukulum pelajaran,” harapnya.

Dr Singgih di akhir pemaparannya menjelaskan bahwa mulai tahun 2015 hingga sekarang di Surabaya pemakai narkoba sebanyak 2.010 orang, dengan pemakai usia produktif 65 persen.

“Usia penyalahgunaan narkotika paling muda 8 tahun dan paling tua 78 tahun. Penyalahgunaan narkotika tidak memandang usia.

“Dari Assessment dan konseling, penyalahgunaan narkotika karena rapuhnya pondasi keluarga, perlu adanya pendidikan membangun keluarga,” jelasnya.

Ada 5 hal yang diungkapkan dr. Singgih terkait seseorang bisa melakukan penyalahgunaan narkotika, yakni kurangnya pemahaman agama, kurangnya pendidikan yang tidak banyak mengetahui efek jangka panjang dari narkotika, faktor ekonomi sehingga menjadi kurir, faktor sosial, hidup di zona merah, sekeliling banyak menggunakan narkotika, dan faktor Kemasyarakatan yang kurang peduli terhadap narkotika.

Pesan akhir pak Teguh dalam acara Ngopi Bareng  ini adalah melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, yang harus menjadi budaya remaja. Melakukan aktifitas yang positif, salahsatunya berorganisasi, menempatkan diri dalam bergaul yang positif.

“Didalam BKKBN ada PIK Remaja dan Saka Kencana yang bisa menjadi komunitas baik untuk remaja. Dan terkait virus HIV/AIDS, remaja harus memahami betul apa itu HIV/AIDS, sehingga bisa terhindar. Dan dimasa pandemi, tetap jaga kesehatan dan kebersihan patuhi protokol kesehatan,” pungkas pak Teguh. @red.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button