Star Up DNA Akan Lahir di Indonesia

Drackzi.com//SURABAYA – Start Up DNA akan segera lahir di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Penggagas Start Up DNA adalah saudara kembar bernama Nicholas Pudjihartono dan Michael Pudjihartono asal Surabaya, calon PhD (doctor) Bio Informatic Medicine atau Genomic Science DNA dari Liggins Institute, The University Of Auckland, New Zealand.

Start Up yang digagas saudara kembar itu bisa cepat diakses oleh masyarakat yang membutuhkan, karena akan ada aplikasi yang sangat mudah untuk melakukan tes DNA.

“Akan ada aplikasi, tinggal isi pemesanan, kita akan kirim wadah untuk sample contohnya air liur. Tinggal ambil sample masukan wadah kirim ke kita, maksimal seminggu sudah ada hasil tes DNA yang diterima bagi pemesan di dalam aplikasi,” terang Nicholas. Senin (15/1/2024).

Kesempatan ini, mereka menerangkan mengapa seseorang sangat perlu untuk mengetahui data DNA, karena dari data itu bisa mengetahui risiko penyakit dan bakat seseorang sehingga bisa merencanakan pengobatan atau treatment suatu penyakit.

“Saat bayi di tes DNA, akan ada data yang terkumpul, yang mana risiko penyakit ke depan akan diketahui, dan dengan mengetahui itu, akan bisa menjaga pola hidup, sehingga diharapkan seseorang itu mempunyai kualitas hidup yang jauh lebih sehat,” terang Michael.

“Bukan hanya risiko penyakit yang akan diketahui melalui data DNA, tapi juga bisa mengetahui bakat seseorang sehingga semenjak kecil bisa diarahkan dan dikembangkan bakat tersebut, sehingga mempunyai keterampilan dan diharapkan bisa mempunyai kreativitas yang maksimal dalam menekuni suatu pekerjaan,” sambung Nicholas.

Indonesia di tahun 2045 memperoleh bonus demografi, yang dalam arti usia produktif jauh lebih besar dari usia non produktif. Keberhasilan suatu negara dalam mengelola kelompok usia produktif bergantung pada kemampuan negara tersebut mempersiapkan generasinya agar dapat memanfaatkan celah kesempatan (window of opportunity) dari bonus demografi.

Pemerintah dituntut menyiapkan berbagai kebijakan strategis yang arahnya adalah peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang lebih handal sehingga mampu berdaya saing dan penciptaan lapangan kerja.

Bonus demografi akan menjadi beban pembangunan apabila negara gagal atau lamban menyiapkan program strategis sebagai blue print yang komprehensif tentang pengelolaan kelebihan usia produktif.

Dengan adanya Start Up DNA yang akan didirikan ditahun 2024 ini, semestinya pemerintah bisa melirik untuk membantu pengembangan Start Up DNA yang digagas Michael dan Nicholas, karena imbas dari pembacaan DNA sangat luar biasa meningkatkan SDM Indonesia.

Misalkan saja, ada 1 juta bayi lahir di Indonesia, dan melakukan pembacaan DNA, yang mana hasil nya bisa diketahui bayi tersebut mempunyai bakat apa, mempunyai risiko penyakit seperti apa, sehingga bisa dicegah dan bisa mengarahkan bakatnya.

Dengan mengetahui data itu semua, dan menjaga pola hidup untuk mencegah risiko penyakit, dan dapat mengarahkan atau memupuk bakat setiap bayi, pada tahun 2045, mereka akan tumbuh menjadi manusia yang sehat, manusia berbakat dan menjadi generasi emas Indonesia.

Perlu diketahui, selain menerangkan Start Up DNA, Michael dan Nicholas menceritakan kenapa mereka menekuni ilmu DNA dan merencanakan membuat Start Up DNA di Indonesia.

“DNA Bahasa latinnya Deoxyribonucleic Acid mempunyai komposisi kimia gula, adenine, guanine, cytosine dan thymine. Struktur DNA berupa dua rantai polinukleotida yang berbentuk seperti tangga berpilin,” terang Nicholas.

Setiap makhluk hidup ada DNA yang bisa disebut blueprint atau bisa dibilang sebagai instruksi untuk bagaimana tubuh kita itu bisa menjalankan fungsinya. Lokasinya di setiap selnya makhluk hidup tersebut, dari beberapa triliun sel, setiap sel itu ada DNA yang sama.

“DNA itu ilmu baru kalau di biologi,  struktur dari DNA itu ditemukan tahun 1953, keuntungannya kita dengan mempelajari DNA itu, kita seakan mempelajari tentang kehidupan itu sendiri, pemahaman mengenai DNA bagaikan kita memiliki buku tentang kehidupan kita (the Book of Life),” terang Michael.

Dengan adanya mengetahui data DNA, sehingga bisa mengetahui dan mencegah beberapa penyakit antara lain auto imun dan kanker kulit (melanoma).

“Auto imun itu adalah sebuah kondisi dimana imun sistem kita menyerang tubuh kita sendiri, sehingga kita yang harusnya sehat malah jadi sakit. Salah satu contoh yang paling umum misalnya artritis rematik. Itu adalah salah satu bentuk dimana imun sistem kita menyerang sendi – sendi tubuh,” terang Nicholas.

Menurut Nicholas, ada 2 penyebab seseorang terkena penyakit auto imun, pertama faktor genetika keturunan, dan kedua adalah vaksin.

“Ketika lahir sudah ada cacat di sistem imun, antibodi yang diproduksi sama imun sistem kita ini bukan membunuh virus, tapi bisa malah menyerang tubuh kita sendiri. Vaksin yang melemahkan penyakit A atau virus A. Tapi di dalam perjalanan untuk melemahkan virus A, antibodinya itu juga melemahkan tubuh kita sendiri,” terang Nicholas Pudjihartono.

Terkait kanker, Michael  menerangkan bawah kanker juga ada dari faktor genetik. “Jadi ada orang itu yang punya tendensi risiko untuk punya kanker itu lebih besar daripada orang lain. Dengan adanya DNA kita bisa memperbaiki keturunan manusia berikutnya,” terang Michael.

“Lebih jauh terkait aplikasi DNA dalam ilmu kedokteran di bidang pengobatan Kanker misalnya, selain memetakan DNA kita, kita juga bisa memetakan DNA dari kanker yang ada dalam tubuh seseorang, dan hasil pemetaan DNA kanker itu akan memberikan informasi yang sangat kita butuhkan dalam merencanakan pengobatan kanker itu sendiri, dengan cara memberikan obat – obatan yang tepat dan bisa menyasar kanker tersebut secara spesifik. Ini yang sedang dikembangkan dan dikenal dengan istilah Precision Medicine,” pungkas Michael Pudjihartono. @Red.