Nasional

BKKBN Jatim Sebagai Keynote Speaker di Auditorium IIK Bhakti Wiyata Kediri

Kepala BKKBN Provinsi Jawa Timur sebagai keynote speaker di Auditorium IIK Bhakti Wiyata Kediri, Rabu (11/10/23).

Drackzi.com//KEDIRI – Sedikitnya 250 mahasiswa Institut Ilmu Kesehatan (IIK) Bhakti Wiyata Kediri menjadi peserta aktif dalam Kuliah Pakar yang menghadirkan Kepala BKKBN Provinsi Jawa Timur sebagai keynote speaker di Auditorium IIK Bhakti Wiyata Kediri, Rabu (11/10/23).bkkbn-jatim-sebagai-keynote-speaker-di-auditorium-iik-bhakti-wiyata-kediri

Hal ini sekaligus mengawali kerjasama BKKBN dan IIK Bhakti Wiyata Kediri yang mana pada hari ini, kedua belah pihak telah melakukan penandatanganan Kesepahaman Bersama tentang Peningkatan Peran Perguruan Tinggi dalam Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan Dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dan Percepatan Penurunan Stunting di Jawa Timur.

Pada kesempatan itu, Kepala BKKBN Provinsi Jawa Timur, Dra. Maria Ernawati, MM memberikan pembekalan Intervensi dari Hulu sebagai Strategi Percepatan Penurunan Stunting di Jawa Timur.Menurut Maria Ernawati, BKKBN adalah satu-satunya lembaga yang sasarannya keluarga, sehingga mendapat tugas tambahan di tahun 2021 yaitu mewujudkan percepatan penurunan stunting.

“Dikatakan percepatan karena hanya diberikan waktu dari tahun 2021 sampai 2024 untuk menurunkan stunting ke angka 14%. Ini tidak mudah, karena adanya keterbatasan anggaran dan SDM. Maka ada beberapa strategi yang dilakukan BKKBN yaitu menghadang dari hulu. Dengan mempersiapkan remaja yang akan mempersiapkan kehidupan keluarga untuk disiapkan fisik mentalnya. Kesehatan reproduksi kita berikan sarana edukasi, kita juga membentuk TPK (Tim Pendamping Keluarga) yang ada di tingkat desa, kita harapkan keluarga yang berpotensi tinggi untuk melahirkan new stunting ini bisa kita dampingi,” jelasnya.bkkbn-jatim-sebagai-keynote-speaker-di-auditorium-iik-bhakti-wiyata-kediri

“Kerjasama dengan IIK Bhakti Wiyata Kediri dalam 1 tahun ke depan saya banyak berharap bisa membantu menyelesaikan target utamanya dalam mendukung percepatan penurunan stunting di wilayah Kediri, apabila di Kota sudah baik maka di Kabupaten sedikit naik, tindak lanjutnya sesegera mungkin bisa dengan mengadakan riset, KKN tematik, sosialisasi dan sebagainya kaitannya dengan stunting,” lanjut Dra. Maria Ernawati.

Berdasarkan Hasil SSGI tahun 2021 prevalensi stunting di Kota Kediri adalah 15,7 kemudian turun menjadi 14,3 % di tahun 2022. Sedangkan untuk Kabupaten Kediri tahun 2021 adalah 18% kemudian mengalami kenaikan menjadi 21,6% pada tahun 2022.

“Dalam melaksanakan target BKKBN khususnya di Jatim tidak hanya menggunakan strategi hulu tapi juga melakukan kegiatan secara pentahelix, multisector dengan berbagai pihak juga dengan akademisi. BKKBN Jatim bekerja sama dengan Universitas Airlangga untuk melakukan percepatan penurunan stunting dengan konsorsium perguruan tinggi, tahun 2022 ada 18 perguruan tinggi dan tahun ini menjadi 23, mudah-mudahan IIK bisa juga bergabung di konsorsium,” tambah Maria Ernawati.

Menyambut baik hal itu, Rektor IIK Bhakti Wiyata Kediri Prof. Dr. Muhammad Zainuddin, Apt menyampaikan dukungan untuk berkontribusi dalam program-program BKKBN.bkkbn-jatim-sebagai-keynote-speaker-di-auditorium-iik-bhakti-wiyata-kediri

“BKKBN itu menangani persoalan-persoalan multidisiplin, IIK ada peluang untuk masuk di BKKBN. Marilah kita berkontribusi untuk membantu nawacita presiden yang dituangkan dalam program-program yang dituangkan dalam visi misi BKKBN. Untuk itu hr ini kita sepakat untuk melakukan kerjasama membangun negara ini, mudah-mudahan mahasiswa IIK bisa berpartisipasi dan berkontribusi dalam misi yang diemban BKKBN sebagai implementasi harapan pemerintah untuk menyediakan SDM yang berkualitas di Era Indonesia emas 2045″ kata Muhammad Zainuddin.

Di akhir paparannya, Kepala BKKBN mengingatkan peran mahasiswa dalam upaya penurunan stunting, antara lain dengan ikut menyebarkan informasi tentang stunting melalui media sosial, menjadi agen percepatan penurunan stunting di lingkungannya, serta peduli dan peka jika di lingkungannya ada catin, ibu hamil dan ibu balita.

“Kita punya pendekatan keluarga berisiko stunting yaitu untuk calon pengantin, kita lihat hb nya, Lingkar lengan atas dan indeks masa tubuhnyam untuk ibu hamil, minimal 6 kali periksa selama masa kehamilan, hamil tidak boleh 4 terlalu tidak terlalu muda, terlalu tua diatas 35 tidak boleh, terlalu dekat dan terlalu banyak. Dan juga untuk anak usia 0-23 bulan dan usia 24 – 59 bulan untuk dipantau tumbuh kembangnya,” tutup Erna.@Red.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button