Nasional

BKKBN Jatim Gelar Sosialisasi Internalisasi Pengasuhan Balita di Kabupaten Trenggalek

BKKBN Jatim hari ini Rabu (11/10/23) menggelar Sosialisasi Internalisasi Pengasuhan Balita sebagai upaya mempercepat penurunan Stunting kepada masyarakat di Kabupaten Trenggalek.

Drackzi.com//TRENGGALEK – Perwakilan BKKBN Jatim hari ini Rabu (11/10/23) menggelar Sosialisasi Internalisasi Pengasuhan Balita sebagai upaya mempercepat penurunan Stunting kepada masyarakat di Kabupaten Trenggalek.bkkbn-jatim-gelar-sosialisasi-internalisasi-pengasuhan-balita-di-kabupaten-trenggalek

Kejadian stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia sampai dengan saat ini. Berdasarkan hasil Joint Child Malnutrition Estimates (JME) antara  UNICEF, WHO, dan World Bank Group pada April tahun 2021, sebanyak 149,2 juta anak balita di dunia mengalami stunting pada tahun 2020.

Selain itu, lebih dari setengah jumlah anak balita tersebut, yaitu 53%, berasal dari Asia dan dengan perbandingan 2:5 anak, yaitu 41% berasal dari Afrika. Balita yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya tingkat produktivitas.

Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar ketimpangan. Situasi ini jika tidak diatasi dapat mempengaruhi kinerja pembangunan Indonesia baik yang menyangkut pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan ketimpangan.

Kerdil (Stunting) pada anak mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bawah 5 Tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga usia dua tahun.

Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan seyogyanya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas  seseorang di masa depan.

Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita, dan intervensi yang paling menentukan  untuk dapat mengurangi prevalensi stunting perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).bkkbn-jatim-gelar-sosialisasi-internalisasi-pengasuhan-balita-di-kabupaten-trenggalek

Pemberian Informasi dan Edukasi (KIE) dengan penerapan praktek sederhana tentang Pengasuhan 1000 HPK (sejak saat kehamilan hingga anak berusia 2 tahun) menjadi kegiatan dalam menanamkan pentingnya nilai-nilai pengasuhan 1000 HPK melalui kegiatan internalisasi kepada ibu hamil, keluarga yang mempunyai baduta dan keluarga yang memiliki balita”, ucap Dwi Trinawiza Agustia, S.Pd, M.PSDM menyampaikan pesan Ibu Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Dra. Maria Ernawati, MM.

Sasaran proyek prioritas nasional (PRO PN) Sosialisasi Internalisasi pengasuhan balita dalam rangka penurunan stunting kepada masyarakat tahun ini mencakup 38 Kabupaten/Kota dengan jumlah sasaran 1.474.500 keluarga ibu hamil, keluarga yang memiliki baduta, dan keluarga yang memiliki balita.

Kami berharap, dengan teredukasinya para orangtua dengan baik tentang pentingnya pengasuhan yang tepat pada masa 1000 HPK, kelak dapat mewujudkan anak-anak Indonesia yang SEHAT, CERDAS, dan MAMPU BERSAING dengan masyarakat global.” Tukas Dwi Trinawiza Agustia, S.Pd, M.PSDM. menutup pesan ibu Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur.

Dalam kesempatan yang sama, masyarakat yang hadir juga memperoleh wawasan tentang Peran PKK dalam mendukung Penurunan Stunting di Kabupaten Trenggalek yang disampaikan oleh Ibu Nining Diana, S.Sos. Menurutnya, kita perlu melakukan aksi terintegrasi dalam rangka intervensi penurunan stunting. Salah satunya melalui program PKK “Putri Lintas Selatan”, yakni peduli lingkungan, catin, ibu hamil, ibu bersalin, dalam tuntaskan dan selamatkan balita stunting.

TP PKK Kabupaten Trenggalek saling bersinergi dan mendukung semua program BKKBN dalam upaya percepatan penurunan stunting dengan target prevalensi stunting di Jawa Timur khususnya di kabupaten trenggalek menjadi 14% di tahun 2024 mendatang.

Kegiatan ini juga bekerjasama dengan RSUD dr. Soedomo Kabupaten Trenggalek yang menyampaikan wawasan tentang Optimalisasi Tumbuh Kembang di Masa 1000 HPK yang dalam hal ini disampaikan oleh dr. Endah Setyarini, Sp.A,M.Biomed dari RSUD dr. Soedomo Kabupaten Trenggalek.bkkbn-jatim-gelar-sosialisasi-internalisasi-pengasuhan-balita-di-kabupaten-trenggalek

“1000 HPK adalah periode emas dimana kita harus melakukan intervensi yang tepat untuk mengoptimalisasi nutrisi dan memonitor indikator antropometri pada anak guna menghindari tumbuhnya anak yang stunting. Kita patut waspada terhadap growth faltering karena merupakan tanda awal stunting. Kita diharapkan berfokus pada empat pilar nutrisi di 1000 HPK antara lain asi eksklusif, MPASI yang tepat, Imunisasi dan stimulasi”.

Malik Maya Faisati,M.Psi. dari Rumah Psikologi Trenggalek yang memberikan pemahaman tentang bagaimana orangtua dapat menstimulasi Kemampuan Menolong Diri Sendiri dan Tingkah Laku Sosial yang perlu ditanamkan pada anak sejak usia dini. Beliau menjelaskan perbedaan fase yang berbeda dalam menstimulasi anak di sesuaikan dengan umur anak itu sendiri.

Jadi perlakuan untuk menstimulasi anak usia 2 tahun akan sangat berbeda dengan usia 7 tahun. Pemeriksaan kepada paramedis dan dokter spesialis anak menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan dan diperhaikan apabila ditemukan hal-hal yang tidak seharusnya dalam tahapan perkembangan anak.@Red

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button