Nasional

BKKBN Jatim Gelar Internalisasi Pengasuhan Balita Upaya Percepat Penurunan Stunting di Kota Madiun

Perwakilan BKKBN Jatim menggelar Internalisasi Pengasuhan Balita sebagai upaya mempercepat penurunan Stunting kepada masyarakat di Kota Madiun.

Drackzi.com//MADIUN – Perwakilan BKKBN Jatim hari ini, Rabu (11/10/23) menggelar Internalisasi Pengasuhan Balita sebagai upaya mempercepat penurunan Stunting kepada masyarakat di Kota Madiun. Kegiatan ini dihadiri ole dr. Denik Wuryani selaku Kepala Dinas Pengendalian PPKB Kabupaten Nganjuk.bkkbn-jatim-gelar-internalisasi-pengasuhan-balita-upaya-percepat-penurunan-stunting-di-kota-madiun

Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Timur, Dra. Maria Ernawati, M.M., yang dalam hal ini diwakili oleh Pembina Program Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK), Bapak Yuni Dwi Tjadikianto, SE, serta Ketua TP PKK Kota Madiun, ibu Hj. Yuni Setyawati Maidi, M.Pd. secara langsung. Peserta kegiatan terdiri dari Keluarga Baduta, Keluarga Balita, Kader BKB, PKK, Penyuluh KB, CoE Poktan Pembangunan Keluarga dan Insan GenRe, sejumlah 150 orang.

Kegiatan ini merupakan pemberian Informasi dan Edukasi (KIE) dengan penerapan praktek sederhana tentang Pengasuhan 1000 HPK (sejak saat kehamilan hingga anak berusia 2 tahun) menjadi kegiatan dalam menanamkan pentingnya nilai-nilai pengasuhan 1000 HPK melalui kegiatan internalisasi kepada ibu hamil, keluarga yang mempunyai baduta dan keluarga yang memiliki balita.

Sasaran proyek prioritas nasional (PRO PN) Sosialisasi Internalisasi pengasuhan balita dalam rangka penurunan stunting kepada masyarakat tahun ini mencakup 38 Kabupaten/Kota dengan jumlah sasaran 1.474.500 keluarga ibu hamil, keluarga yang memiliki baduta, dan keluarga yang memiliki balita. Kami berharap, dengan teredukasinya para orangtua dengan baik tentang pentingnya pengasuhan yang tepat pada masa 1000 HPK, kelak dapat mewujudkan anak-anak Indonesia yang SEHAT, CERDAS, dan MAMPU BERSAING dengan masyarakat global.” Ucap Yuni menyampaikan pesan ibu Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur.

Yuni juga menambahkan Perwakilan BKKBN Jatim juga memiliki wadah bagi orangtua yang memiliki balita untuk dapat belajar tentang bagaimana melakukan pengasuhan yang positif pada masa balita melalui Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) yang terintegrasi didalam Kelompok-Kelompok BKB yang ada di setiap desa/kelurahan. Selain itu, ia berharap bahwa salah satu Kelompok BKB yang ada di Kota Madiun dapat menjadi pioneer Kelompok BKB HI Unggulan dalam waktu dekat.bkkbn-jatim-gelar-internalisasi-pengasuhan-balita-upaya-percepat-penurunan-stunting-di-kota-madiun

BKB HIU adalah Kelompok BKB yang mampu menyelenggarakan 6 layanan terpadu dan berkesinambungan kepada keluarga baduta yang meliputi layanan akses terhadap NIK dan jaminan kesehatan bagi bayi baru lahir, penyediaan kelas pengasuhan pada keluarga baduta, pemantauan tumbuh kembang anak, penyuluhan tentang pendidikan karakter anak, akses pemeliharaan kesehatan, gizi, dan perlindungan anak, serta akses rujukan, konseling, perawatan, dan/atau bantuan sosial.

Dalam kesempatan yang sama, peserta yang hadir juga memperoleh wawasan tentang Peran PKK dalam mendukung Penurunan Stunting di Kota Madiun yang disampaikan oleh Ibu Yuni. Menurutnya banyak program-program PKK Kota Madiun yang telah dijalankan dalam rangka mengentaskan stunting khususnya di Kota Madiun seperti Gemarikan, Pos Curhat, Warung Stop Stunting, Dashat Plus, Gema Budansa, Bapak-Bunda Asuh Anak Stunting (B-BAAS), dan sebagainya.

Kami sangat berupaya agar Kota Madiun menjadi zero stunting pada 2024. Oleh karenanya, berbagai program telah kami lakukan mulai dari mengajak remaja putri untuk dapat memeriksakan diri bilamana terindikasi anemia, pemeriksaan catin sebelum menikah, mencukupi kebutuhan gizi bagi ibu hamil dan keluarga balita, jambanisasi dan sanitasi yang bersih, memudahkan akses bagi bayi baru lahir memperoleh akta kelahiran, NIK, dan BPJS kesehatan, serta edukasi kepada masyarakat yang tak henti-hentinya”.

Kegiatan ini juga bekerjasama dengan narasumber yang kompeten, yaitu dr. Tito R. Nugroho dari yang menyampaikan wawasan tentang Optimalisasi Tumbuh Kembang di Masa 1000 HPK serta Ibu Ineu Prihartini, APS, S.Psi, Psikolog dari Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS) Kota Madiun yang memberikan pemahaman tentang bagaimana orangtua dapat menstimulasi Kemampuan Menolong Diri Sendiri dan Tingkah Laku Sosial yang perlu ditanamkan pada anak sejak usia dini.

Kejadian stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia sampai dengan saat ini. Berdasarkan hasil Joint Child Malnutrition Estimates (JME) antara UNICEF, WHO, dan World Bank Group pada April tahun 2021, sebanyak 149,2 juta anak balita di dunia mengalami stunting pada tahun 2020. Selain itu, lebih dari setengah jumlah anak balita tersebut, yaitu 53%, berasal dari Asia dan dengan perbandingan 2:5 anak, yaitu 41% berasal dari Afrika.bkkbn-jatim-gelar-internalisasi-pengasuhan-balita-upaya-percepat-penurunan-stunting-di-kota-madiun

Balita yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar ketimpangan. Situasi ini jika tidak diatasi dapat mempengaruhi kinerja pembangunan Indonesia baik yang menyangkut pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan ketimpangan.

Kerdil (Stunting) pada anak mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bawah 5 Tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga usia dua tahun. Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan seyogyanya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas  seseorang di masa depan.

Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita, dan intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting perlu dilakukan pada 1.000  Hari Pertama Kehidupan (HPK).@Red

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button