Keluarga NasionalNasional

Kaper BKKBN Jatim Minta Kader Pembangunan Keluarga dan TPK di Nganjuk Komitmen Tak Ada Lagi Bayi Terlahir Stunting

Bangga Kencana II Nganjuk – Perwakilan BKKBN Jatim bersama dengan Dinas PPKB Kabupaten Nganjuk (DPPKB Nganjuk) menyelenggarakan Kegiatan Sosialisasi Pengasuhan 1000 HPK dan Balita, serta Edukasi Kespro, Gizi, dan Perencanaan Berkeluarga bersama Mitra Kerja pada hari ini, tanggal 26 Desember 2022 bertempat di Pendopo Kabupaten Nganjuk.kaper-bkkbn-jatim-minta-kader-pembangunan-keluarga-dan-tpk-di-nganjuk-komitmen-tak-ada-lagi-bayi-terlahir-stunting

Balita yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan yang tidak maksimal, akan menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya tingkat produktivitas. Oleh karena itu, percepatan penurunan stunting menjadi prioritas pembangunan yang mana dituangkan dalam  Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. Angka prevalensinya ditargetkan dapat diturunkan menjadi 14 persen di tahun 2024.

Upaya Percepatan Penurunan Stunting sejatinya dilakukan sejak prakonsepsi atau pembuahan hingga usia 2 tahun dimana dikenal dengan masa 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). Masa awal kehidupan setiap individu dimana sebagian besar waktunya dihabiskan bersama keluarga merupakan masa paling fundamental dalam keseluruhan tahapan kehidupan atau sering disebut Golden Period, yaitu usia 0-5 tahun. Sehingga, menjadi hal yang sangat penting bagi calon orangtua untuk dapat memiliki wawasan, perencanaan, serta keterampilan yang baik dalam menyiapkan kehidupan berkeluarga, masa kehamilan, serta pola pengasuhan secara optimal.

Masa usia remaja merupakan waktu yang dirasa cukup tepat untuk mulai membangun wawasan tentang ini. Intervensi pada remaja-remaja putri, khususnya sebagai calon ibu, dengan memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi, gizi yang seimbang, dan perencanaan berkeluarga di masa depan merupakan cara yang dirasa cukup efektif untuk dapat menciptakan calon-calon ibu yang “melek” akan bahaya stunting. kaper-bkkbn-jatim-minta-kader-pembangunan-keluarga-dan-tpk-di-nganjuk-komitmen-tak-ada-lagi-bayi-terlahir-stunting

Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Perwakilan BKKBN Jatim, Dra. Maria Ernawati, MM dan Asisten Pemerintahan dan Kesra Kabupaten Nganjuk, Samsul Huda, SH. MH., Hadir pula dalam kegiatan ini Kepala Dinas PPKB Kabupaten Nganjuk serta TP PKK Kabupaten hingga tingkat Kecamatan.

Peserta yang dihadirkan berjumlah 500 orang yang terdiri dari Penyuluh KB, Tim Pendamping Keluarga (TPK), Kader Pembangunan Keluarga (BKB, BKR, BKL, UPPKA, dan PIK Remaja) se-Kabupaten Nganjuk.

Erna dalam sambutannya menyampaikan bahwa seluruh masyarakat perlu memiliki semangat yang sama untuk Indonesia Emas di tahun 2045. Namun, terdapat tiga isu yang perlu untuk dicarikan solusi dalam mencapai Indonesia Emas tersebut, yaitu angka stunting, angka kematian ibu, dan angka kemiskinan yang masih tinggi di Indonesia, termasuk di Jawa Timur. Ketiga hal ini perlu diupayakan supaya di tahun 2045 terlahir generasi emas yang memiliki daya saing tinggi. Erna juga meminta seluruh kader pembangunan keluarga, TPK, dan Penyuluh KB di Nganjuk untuk berkomitmen agar tidak ada lagi bayi yang terlahir stunting.

“Anak yang stunting memiliki daya analisa dan kreatifitasnya kurang. Saya harap ada komitmen untuk mendampingi keluarga sehingga tidak ada kasus  stunting baru terutama pada tiga sasaran pendampingan keluarga, yaitu calon pengantin, ibu hamil, ibu baduta dan balita,” ujar Erna.

Erna menambahkan bahwa upaya percepatan penurunan stunting memang harus dilakukan sejak hulu, yaitu sejak Calon Pengantin dimana semua aspek harus dipastikan bagus. Kemudian pada masa kehamilan, perlu dipastikan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 6 kali.  Sementara untuk ibu balita dan baduta perlu dipastikan pola pengasuhannya sudah tepat mengingat pengasuhan pada usia ini merupakan golden period. Kaper BKKBN Jatim ini berharap para kader sudah paham mengenai apa saja yang harus dilakukan dalam melakukan pendampingan tersebut.

Hal ini diperkuat oleh Samsul yang menyampaikan bahwa terdapat 2 (dua) pendekatan terkait Percepatan Penurunan Stunting, yaitu  pendekatan kelembagaan dan pendekatan kebudayaan. Institutional approach / pendekatan kelembagaan, dimana salah satu contohnya Dinas PPKB Nganjuk memiliki komitmen tinggi terkait penurunan stunting. Samsul juga mengucapkan terimakasih kepada Bappeda karena sudah menyusun perencanaan penurunan stunting di Nganjuk sehingga bisa terintegrasi antar OPD. Sementara pendekatan kebudayaan, yaitu kader dan TPK secara masif bergerak di lapangan agar sasaran PPS dapat diintervensi sehingga angka stunting di nganjuk dapat diturunkan secara signifikan. Sambutan Samsul diakhiri dengan membuka kegiatan ini secara resmi.

Setelah prosesi pembukaan, acara dilanjutkan dengan Talkshow “Pentingnya Pengasuhan 1000 HPK dan Balita serta Edukasi Kespro, Gizi, dan Perencanaan Berkeluarga”. Narasumber yang dihadirkan terdiri dari Kepala Perwakilan BKKBN Jatim, Asisten Pemerintahan dan Kesra Kabupaten Nganjuk, Wakil Ketua 1 TP PKK Kabupaten Nganjuk, S. Wahyuni Marhaen, SE, Dokter Spesialis Anak, dr. Yeni Kusumawati, SAP, serta Psikolog, Nuril Bariroh, M. Psi., Psikolog.

Dalam talkshow tersebut, Erna menyampaikan bahwa apabila ada Catin yang tidak memenuhi kriteria ideal untuk melakukan pernikahan dan hamil, segera diminta untuk ke Faskes terdekat dan mengakses aplikasi Elsimil supaya terdeteksi dan mendapat pendampingan dari TPK.

Wahyuni juga menambahkan bahwa apabila ditemukan Catin yang belum ideal, pernikahannya tidak perlu ditunda tetapi kehamilannya yang ditunda. Kemudian Catin tersebut harus didampingi dan diarahkan ke Faskes untuk mendapat penanganan seperti Tablet Tambah Darah dan mendapat konseling.

Dokter Yeni dalam paparannya mengingatkan kepada seluruh peserta agar apabila merasa memiliki anak yang dirasa terindikasi stunting, tidak perlu takut atau malu ke posyandu atau ke faskes. Kebanyakan orang tua apabila melihat anaknya memiliki kekurangan, semakin takut untuk ke posyandu. Padahal, kekurangan tersebut bisa dibantu ketika ke Posyandu. Termasuk dalam kasus stunting. Banyak orang tua khususnya ibu, takut anaknya didiagnosa stunting sehingga tidak ke Posyandu. Padahal diagnosa stunting itu tidak tiba-tiba atau asal. Bisa jadi anaknya sehat tapi orang tua berpikiran anaknya stunting hanya karena pendek.

Nuril juga menambahkan bahwa memberikan stimulasi pada anak itu bisa dilakukan dengan hal yang mudah dan sesuai dengan usia perkembangan anak. Banyak orang tua ketika anak masih usia dini sudah diajari berhitung tambah atau kurang. Padahal anak baru bisa melakukan calistung idealnya di usia 7 tahun.kaper-bkkbn-jatim-minta-kader-pembangunan-keluarga-dan-tpk-di-nganjuk-komitmen-tak-ada-lagi-bayi-terlahir-stunting

“Stimulasi itu mudah jangan terlalu rumit. Contohnya, untuk mengajari anak berhitung, kita tidak bisa langsung meminta anak menghitung 4 + 4 tapi bisa dimulai dengan sorting atau mengelompokan bahan bahan makanan,” ujar Nuril.

Nuril juga mengingatkan kepada orang tua agar tidak terlalu menuntut anak berdasarkan pencapaian anak-anak lainnya. Hal ini karena kecerdasan tidak hanya bisa dilihat dari kepandaian berhitung. Menurut salah satu tokoh psikologi, Howard, kecerdasan itu beragam, contohnya ada kecerdasan naturalis, kecerdasan interpersonal, dan lain-lain.

Setelah talkshow, kegiatan ini ditutup dengan pembagian  sembako ke 5 (lima) titik di Kabupaten Nganjuk. Sembako ini ditujukan untuk para Lansia yang kurang mampu.

Melalui Kegiatan ini, diharapkan peserta memiliki kesadaran yang tinggi tentang bahaya stunting. Selain itu, peserta juga memahami pentingnya menjaga kesehatan remaja putri sebagai calon ibu yang dapat diupayakan melalui pemenuhan gizi, menjaga kesehatan reproduksi, dan perencanaan berkeluarga yang baik.  Selanjutnya, peserta juga diharapkan dapat memahami urgensi dan pola pengasuhan yang baik pada masa 1000 HPK dan Balita.@Red.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button