Nasional

Kaper BKKBN DIY : Pentingnya Peran Penyuluh Agama

Bangga Kencana || Yogyakarta – Dihadapan Kepala BKKBN Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) dan lebih dari 300 penyuluh agama Ustadz Wijayanto menyampaikan bahwa problem umum bangsa Indonesia adalah rendahnya literasi, sistem sosial paternalistik, dan budaya lesan.

kaper-bkkbn-diy-pentingnya-peran-penyuluh-agamaDalam masyarakat yang demikian sistem panutan menjadi syarat perubahan, maka peran pemuka masyarakat sangatlah menentukan dalam mengajak kepada perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam hal demikian maka peran penyuluh agama sangatlah penting. Demikan disampaikan Ustadz Wijayanto di Ballroom Hotel Sahid Jaya, Rabu, 30/11/2022. Acara ini bertajuk Sosialisasi Dan Pembekalan Bagi Para Penyuluh Agama Dalam Percepatan Penurunan Stunting Di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Terlebih lagi masyarakat kita memiliki tiga kelemahan, yaitu malas berfikir, tidak fokus, dan gampang terpengaruh, demikian dikatakan Ustadz Wijayanto.
Katanya, “Maka generasi berikutnya akan sangat tergantung kepada pendahulu atau tokoh panutannya untuk bisa berubah.”
Tokoh pendahulu atau panutan itu bisa orang tua atau para pemuka masyarakat, di dalamnya termasuk dan terutama para Penyuluh Agama.

kaper-bkkbn-diy-pentingnya-peran-penyuluh-agamaMengutip Ayat Al Quran, Ustadz mengingatkan bahwa kita janganlah menghasilkan generasi penerus yang lemah
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar (QS. An-Nisa’ Ayat 9).”
Jadi merupakan dosa besar kalau kita mengabaikan upaya pencegahan stunting, karena stunting akan menghasilkan generasi penerus yang lemah dan kurang produktif.

Terkait upaya menciptakan generasi penerus yang kuat, Ustadz juga mengingatkan pentingnya menyusui anak agar anak sehat dan bebas stunting. Hal ini diamanatkan dalam Al Quran, “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan (Al Baqarah Ayat 233).”

Menurut Ustadz Wijayanto, kurang dari 50% ibu yang menyusui anaknya sampai tuntas. Dari yang tidak menyusui, hanya 10% saja yang benar-benar tidak mampu mengeluarkan air susu, sedangkan sisanya sebetulnya mampu menyusui tapi tidak menyusui dengan tuntas karena berbagai alasan.

Kepala BKKBN Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo Sp.OG (K) yang hadir memberikan sambutan mengingatkan bahwa di Indonesia setiap tahun terdapat 4,8 juta kehamilan dan 1,2 juta diantaranya lahir dan tumbuh dalam keadaan stunting.

“Jadi di negara kita banyak yang hamil, banyak melahirkan, dan banyak stunting. Akibatnya Human Capital Index negara kita berada pada urutan 130 dari seluruh negara di dunia. Ini perlu dikoreksi,” Hasto mengingatkan.

Selain masalah stunting, Hasto juga menitipkan kepada para Penyuluh Agama untuk turut mengedukasi masyakat meningkatkan kualitas SDM. Hasto menunjukkan bahwa tingkat kasus mental emosional disorder yang mencapai 9,8%, Napza 5,1% dan Orang Dengan Gangguan Jiwa sebesar 7/1.000 penduduk.

kaper-bkkbn-diy-pentingnya-peran-penyuluh-agamaKepala BKKBN menitipkan konten dan materi terkait stunting kepada 1.008 Penyuluh Agama dari semua agama yang ada di DIY. Mereka terdiri dari 183 Penyuluh Agama PNS dan 825 Penyuluh Agama non PNS. Untuk maksud tersebut BKKBN telah menyusun materi-materi penyuluhan dalam bentuk audio visual yang bisa disimak dan diunduh para penyuluh agama di channel Youtube BKKBN Official.

Kepala Perwakilan BKKBN DIY Shodiqin SH MM dalam laporan penyelenggaraan menyampaikan bahwa fokus utama upaya penurunan angka stunting yang dilakukan BKKBN adalah pada pencegahan stunting dengan sasaran program remaja, calon pengantin, dan pasangan usia subur. Mereka perlu dikondisikan agar dapat mempersiapkan perkawinan, merencanakan dan merawat kehamilan, serta mengasuh anak agar bebas dari stunting. Dalam hal penyiapan perkawinan sebagai awal proses menuju kehamilan, BKKBN mengintensifkan semua jalur-jalur KIE yang bisa dipergunakan.

“Berkaitan hal tersebut, maka peran para Penyuluh Agama sangatlah menentukan dalam menyebar-luaskan pentingnya pencegahan stunting kepada kelompok sasaran,” Jelas Shodiqin.

Oleh karena itu kepada para Penyuluh Agama dan tokoh-tokoh agama perlu dibekali dengan materi audio visual sebagai bahan dalam memberikan penyuluhan.

Sebelum acara dibuka secara resmi oleh Kepala Biro Pemberdayaan Masyarakat Setda DIY Sukamto SH MH mewakili Wakil Gubernur, para penyuluh agama diberikan materi pengenalan Aplikasi Elsimil. Elsimil merupakan singkatan dari Aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil. Aplikasi ini berguna untuk mendeteksi lebih awal terhadap potensi bayi yang akan dilahirkan dengan melihat kodisi calon pasangan pengantin.

Pemantauan kesiapan hamil dengan data-data kesehatan dasar yaitu usia (ideal 21-35 tahun), serta indeks masa tubuh (berat/tinggi badan) yang idealnya 18,5 – 25,0.

Data dasar lain yang harus diinput adalah lingkar lengan atas (idela di atas 23.5cm)serta kadar Hb yang idealnya berkisar 12 -16 gram/desi liter. Juga dimasukkan data apakah pasangan tersebut salah satu atau keduanya merokok atau tidak.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY yang diwakili Sigit Waskita, Kabid Penerangan Agama Islam menyatakan Kantor Wilayah sampai Kantor Urusan Agama (KUA) mendukung penuh upaya penurunan stunting dengan memastikan bahwa calon pengantin (catin) yang akan mendaftarkan perkawinan harus sudah mengunduh dan mengisi aplikasi Elsimil.

“Bulan September catin yang menggunakan Elsimil hanya sekitar 5.000 pasang saja. Namun setelah kita turun melakukan monev dan mengumpulkan seluruh Kepala KUA, sampai akhir November ini sudah lebih dari 13.000 catin yang mendownload Elsimil,” tambah Sigit Waskita. @Red

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button