Nasional

Aplikasi Elsimil, BKKBN Jatim dan DPR RI Kerja Sama dalam Penurunan Stunting di Surabaya

Bangga Kencana || Surabaya – Percepatan penurunan stunting menjadi masalah dan tanggungjawab bersama untuk menyelesaikannya. Sinergi berbagai sektor diperlukan, salah satunya sinergi BKKBN Jatim dengan Komisi IX DPR RI untuk melakukan edukasi kepada masyarakat terkait percepatan penurunan stunting. Salah satunya yang dilaksanakan melalui Promosi dan KIE Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting di Darmawangsa, Gubeng, Surabaya, 11 November 2022.

bkkbn-jatim-dan-lucy-kurniasari-gelar-edukasi-dalam-percepat-penurunan-stunting-di-surabayaAnggota Komisi IX DPR RI Dra. Lucy Kurniasari, dalam sambutannya menyampaikan untuk menghindari stunting harus dilakukan dari hulu, mulai dari remaja, calon pengantin dan ibu hamil. Selain itu, pernikahan harus direncanakan dengan matang dan dihimbau dilakukan pada usia ideal yaitu 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki.

“Sebelum pernikahan sebaiknya mempersiapkan diri termasuk dalam hal kesehatan.Tiga bulan sebelum menikah calon pengantin diharapkan memeriksakan kesehatan agar jika terjadi hal yang berpotensi mengganggu kehamilan misalnya anemia maka masih bisa dikoreksi sebelum akhirnya hamil,” terang Lucy.

bkkbn-jatim-dan-lucy-kurniasari-gelar-edukasi-dalam-percepat-penurunan-stunting-di-surabayaDalam kegiatan ini Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Dra. Maria Ernawati, M.M., diwakili oleh Koordinator Bidang ADPIN, Dra. Sofia Hanik, MM., menyampaikan kepada masyarakat Kota Surabaya, saat ini berdasarkan SSGI tahun 2021 prevalensi stunting Jatim adalah 23,5%. Walaupun telah berada di bawah rata-rata nasional namun angka ini masih melebihi  angka aman yang ditetapkan WHO yaitu dibawah 20%.

Lebih lanjut Sofia menyebut berbagai upaya dilakukan BKKBN Jatim dalam upaya penurunan stunting melalui berbagai kegiatan dengan pendekatan siklus hidup, mulai dari remaja, calon pengantin, ibu hamil, keluarga baduta, dan keluarga balita. ”Pendampingan keluarga beresiko stunting oleh Tim Pendamping Keluarga terus dilakukan di Jawa Timur untuk mencegah jangan sampai ada anak yang dilahirkan dalam kondisi stunting,” terang Sofia.

Sofia melanjutkan “persiapan pernikahan bukan saja oleh calon ibu saja, tapi juga harus dilakukan oleh calon ayah atau oleh calon pengantin pria. Prekonsepsi atau persiapan yang matang sebelum ibu hamil dari sisi  calon ibu dan calon ayah jauh lebih penting daripada prewedding yang kadang menghabiskan banyak biaya. Prekonsepsi tidak memerlukan biaya, cukup memeriksaan Kesehatan sebelum menikah dan bisa juga melalui aplikasi Elsimil (elektronik siap nikah dan hamil),” ujarnya.

bkkbn-jatim-dan-lucy-kurniasari-gelar-edukasi-dalam-percepat-penurunan-stunting-di-surabayaSementara itu, Kepala Sub Koordinator Dalduk dan KS OPD KB Kota Surabaya, Wiwin Wahyuningsih, A.Md Keb, menyampaikan hal yang sangat mengancam gengerasi penerus adalah adanya pernikahan dini karena KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan ) pada remaja. Hal ini sangat berpotensi menyebabkan anak yang dilahirkan dalam kondisi stunting selain resiko Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), masalah sosial, masalah ekonomi dan lainnya karena memang sebenarnya belum siap untuk menikah dalam segala hal.

“Sebaiknya pernikahan memang direncanakan dengan baik dan matang. Mempersiapkan pernikahan dengan baik ini memerlukan peran berbagai pihak, selain remaja dan orang tua remaja, peran tokoh masyarakat dan tokoh agama sangat diperlukan,” Pungkas Wiwin. @Red

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button