Suara Gegap Gempita Berasal Dari 600 Kader Bangga Kencana dan Tim Pendamping Keluarga Wilayah Pamekasan
Suara gegap gempita terdengar dari Kota Gerbang Salam, Pamekasan. Suara tersebut berasal dari 600 Kader Bangga Kencana dan Tim Pendamping Keluarga
Drackzi.com//PAMEKASAN – Suara gegap gempita terdengar dari Kota Gerbang Salam, Pamekasan. Suara tersebut berasal dari 600 Kader Bangga Kencana dan Tim Pendamping Keluarga wilayah Pamekasan yang hadir pada giat Penguatan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting, Kamis (7/12/23) di Gedung Bakorwil Pamekasan.
Pada kesempatan itu, 600 peserta yang terdiri atas Penyuluh KB, Kader Bangga Kencana dan Kader Tim Pendamping Keluarga (TPK) menunjukkan komitmennya untuk terus memberikan pendampingan kepada keluarga serta memberikan edukasi guna mencegah pernikahan anak atau pernikahan dini yang menjadi salah satu penyebab terjadinya stunting.
“Kondisi perkawinan dini masih tinggi ini jadi PR kita, saya titip, kepada Kader KB, dan juga Duta Genre (Generasi Berencana), mari sama-sama berupaya mencegah hal itu karena impactnya sangat mengkhawatirkan. Jangan putus asa untuk terus memberi edukasi masyarakat. Merubah pola pikir, kultur dan budaya itu perlu waktu, tapi tugas kita untuk mengedukasi harus terus kita lakukan” kata Nyigit Wudi Amini, S.Sos, M.Sc, Sekretaris Perwakilan BKKBN Jatim, yang menjadi sebagai pembicara kunci pada kegiatan tersebut.
Nyigit juga mengingatkan perlunya menghindari kehamilan 4T yaitu kehamilan di usia terlalu muda, terlalu tua, kehamilan terlalu banyak dan terlalu rapat jaraknya serta pentingnya mengoptimalkan pengasuhan di masa 1000 Hari Pertama Kehidupan sebagai hal esensial dalam pencegahan stunting.
Sementara terkait pernikahan dini, Nyigit menyebut hal ini tidak cukup ditangani melalui satu aspek saja. “Dari remajanya sudah tahu kesehatan reproduksi, pendewasaan usia kawin, dan perencanaan kehidupan yang baik, tapi ada yang dari orang tuanya mendorong untuk cepat nikah. Maka ini tidak bisa 1 aspek saja. Remaja dipahamkan, orang tua yang memiliki remaja diberi pemahaman juga. Penting memahamkan orang tua yang punya anak remaja, bahwa anaknya harus baik pendidikannya, karirnya harus bagus untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Lalu lintas sektor dan dinas terkait juga harus terlibat, dengan program-program dan kebijakan yang mendukung hal tersebut,” terangnya.
Tak menampik hal tersebut, Sekretaris Bakorwil Pamekasan, Mohyi, S.Sos, M.Si menyebut masih banyaknya pernikahan anak di Madura bisa menjadi salah satu pemicu tingginya kasus stunting di wilayah Madura.
“Tahun 2020 ada 830 pernikahan anak, se-Madura, tahun 2021 naik ke 995, tahun 2022 di masa pandemi tercatat 877 sedangkan di tahun 2023 ada 701 pernikahan anak sampai dengan Oktober, masih besar sekali. Ini yang tercatat, bisa jadi ada yang tidak tercatat” kata Mohyi.
“Ini problem kita bersama, maka bapak ibu sebagai kader perlu memberikan pencerahan. Terkait banyaknya pernikahan anak ini, ayo kita bukan cuma stunting, tapi juga penyebab stunting salah satunya karena banyak pernikahan anak, ayo para kader bersama kita bangun bangsa ini agar sehat mentalnya, kita perbaiki gizinya, sehingga sehat fisiknya,” pesan Mohyi.
Sementara itu Kepala Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Pamekasan, Munapik, S.Ag. M.Pd.i menyampaikan, tahun 2021 angka stunting di Pamekasan berada di 38,1% kemudian pata tahun 2022 terjun bebas ke angka 8,1%.
“Kami mendapatkan penghargaan mulai tahun 2022 sampai 2023 sebagai Kabupaten tercepat dalam penurunan stunting, namun walaupun stuntingnya turun sedemikian rupa tapi kami gagal mendapat DID atau bantuan fiskal yang jumlahnya hampir 7 Milyar. Tahun 2023 ini kami berusaha mendapatkan bantuan. Dan dari 8,1%, per Oktober kemarin stunting di Pamekasan sudah ada di posisi 4,6% dengan jumlah kurang lebih 1.909. Mudah-mudahan dalam sisa dua bulan ini masih akan terus mengalami penurunan yang signifikan,” tegas Munapik.
Munapik kemudian meminta kader TPK untuk meningkatkan kinerja dalam penggunaan aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (ELSIMIL) yang merupakan aplikasi untuk membantu TPK dalam pencatatan pendampingan keluarga berisiko stunting.
“Ada 4 indikator di Elsimil yang kami belum bisa mencapai standar nasional 90 persen, data ibu hamil, ibu pasca salin dan baduta ini yang belum bisa kita capai karena TPK gagal dalam memasukkan data ke Elsimil. Oleh karena itu kepada 1.965 kader TPK, secara khusus kami berharap tahun 2024 ada peningkatan kinerja dalam meningkatkan input ke Elsimil, pesannya.
“Hal ini juga membantu supaya Pamekasan bisa mendapatkan kucuran dana dari pusat. Karena dana untuk operasional kader TPK ini, walaupun per orangnya 110 ribu, kalau di globalkan jumlahnya setiap laporan bulanan mencapai 4 milyar rupiah, sehingga mohon bantuannya agar apa yang menjadi harapan kami bisa tercapai,” pungkas Munapik.@Red.