BKKBN Jatim Percepat Penurunan Stunting Yang Dialami Balita Pada Masyarakat Tulungagung
BKKBN Provinsi Jawa Timur menggelar Sosialisasi Internalisasi Pengasuhan Balita sebagai upaya mempercepat penurunan Stunting kepada masyarakat di Kabupaten Tulungagung.
Drackzi.com//TULUNGAGUN – Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur hari ini Selasa (17/10/23) menggelar Sosialisasi Internalisasi Pengasuhan Balita sebagai upaya mempercepat penurunan Stunting kepada masyarakat di Kabupaten Tulungagung. Kejadian stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia sampai dengan saat ini.
Berdasarkan hasil Joint Child Malnutrition Estimates (JME) antara UNICEF, WHO, dan World Bank Group pada April tahun 2021, sebanyak 149,2 juta anak balita di dunia mengalami stunting pada tahun 2020. Selain itu, lebih dari setengah jumlah anak balita tersebut, yaitu 53%, berasal dari Asia dan dengan perbandingan 2:5 anak, yaitu 41% berasal dari Afrika.
Balita yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar ketimpangan. Situasi ini jika tidak diatasi dapat mempengaruhi kinerja pembangunan Indonesia baik yang menyangkut pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan ketimpangan.
Kerdil (Stunting) pada anak mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bawah 5 Tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga usia dua tahun. Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan seyogyanya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.
Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita, dan intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
“Pemberian Informasi dan Edukasi (KIE) dengan penerapan praktek sederhana tentang Pengasuhan 1000 HPK (sejak saat kehamilan hingga anak berusia 2 tahun) menjadi kegiatan dalam menanamkan pentingnya nilai-nilai pengasuhan 1000 HPK melalui kegiatan internalisasi kepada ibu hamil, keluarga yang mempunyai baduta dan keluarga yang memiliki balita”, ucap Yuni Dwi Tjadikijanto, SE selaku pembina program Bidang KSPK menyampaikan pesan Ibu Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Dra. Maria Ernawati, MM.
“Sasaran proyek prioritas nasional (PRO PN) Sosialisasi Internalisasi pengasuhan balita dalam rangka penurunan stunting kepada masyarakat tahun ini mencakup 38 Kabupaten/Kota dengan jumlah sasaran 1.474.500 keluarga ibu hamil, keluarga yang memiliki baduta, dan keluarga yang memiliki balita. Kami berharap, dengan teredukasinya para orangtua dengan baik tentang pentingnya pengasuhan yang tepat pada masa 1000 HPK, kelak dapat mewujudkan anak-anak Indonesia yang SEHAT, CERDAS, dan MAMPU BERSAING dengan masyarakat global.” Tukas Yuni Dwi Tjadikijanto, SE menutup pesan ibu Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur.
Dalam kesempatan yang sama, masyarakat yang hadir juga memperoleh wawasan tentang Peran PKK dalam mendukung Penurunan Stunting di Kabupaten Tulungagung yang disampaikan oleh Dr. Desi Lusiana Wardhani, S.KM., M.Kes mewakili TP PKK Kabupaten Tulungagung dari Pokja IV TP PKK Kabupaten Tulungagung.
Beliau mengungkapkan bahwa TP PKK Kabupaten Tulungagung saling bersinergi dan mendukung semua program BKKBN dalam upaya percepatan penurunan stunting dengan target prevalensi stunting di Jawa Timur khususnya di kabupaten Tulungagung menjadi 14% di tahun 2024 mendatang.
Kegiatan ini juga bekerjasama dengan RSUD dr. Iskak Kabupaten Tulungagung yang menyampaikan wawasan tentang Optimalisasi Tumbuh Kembang di Masa 1000 HPK yang disampaikan oleh dr. Zuhrotul Aini, Sp.A. mengemukakan bahwa dampak stunting pada anak tidak hanya menjadi dampak jangka pendek maupun dampak jangka panjang.
Dampak jangka pendek stunting diantaranya seperti terganggunya perkembangan otak, kecerdasan berkurang, gangguan pertumbuhan fisik, gangguan metabolisme dalam tubuh. Dampak jangka panjang diantaranya seperti menurunnya kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, obesitas, penyakit jantung dan disabilitas pada usia tua.
“Selain berdampak pada kesehatan, stunting ini juga berdampak pada pertumbuhan penduduk dan dampak ekonomi. Hal ini dikarenakan stunting dapat menyebabkan menurunkan produktivitas SDM, bonus demografi yang tidak termanfaatkan dengan baik dan potensi kerugian ekonomi setiap tahunnya sekitar 2-3% dari GDP” terang dr. Zuhrotul Aini, Sp.A.
Pada kesempatan yang bersamaan, Lely Nur Azizah, S.Psi, M.Si dari UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang memberikan pemahaman tentang bagaimana orangtua dapat menstimulasi Kemampuan Menolong Diri Sendiri dan Tingkah Laku Sosial yang perlu ditanamkan pada anak sejak usia dini. Dalam penjelasannya ditegaskan bahwa pola asuh sangat menentukan karakter anak. Gaya pengasuhan otoritatif cenderung memberikan dampak yang lebih baik terhadap anak.
Gaya pengasuhan otoritatif menjadikan anak lebih mandiri, lebih aktif, mengembangkan harga diri yang baik serta mencapai kesuksesan akademik yang lebih tinggi. Berbalik halnya dengan gaya pengasuhan permisif yang cenderung membolehkan semua hal. Gaya pengasuhan yang seperti ini dapat berdampak menjadikan anak tidak bisa mengikuti peraturan, memiliki kontrol diri yang lebih buruk, memiliki kecenderungan egosentris, serta cenderung bermasalah dalam hubungan sosial”. @Red