Giat “Rangkaian Kegiatan Ramadhan” Kepala BKKBN Bagikan 3 Penyebab Stunting di DIY
Bangga Kencana II Yogyakarta – Keluarga Menyiapkan Generasi Unggul adalah materi yang akan dibawakan oleh Kepala BKKBN RI, DR (HC)., dr. Hasto Wardoyo. SpOG (K) dalam Ceramah dan Ibadah pada acara “Rangkaian Kegiatan Ramadhan” di Masjid Syuhada Yogyakarta, Jl. I Dewa Nyoman Oka Nomor 13 Kotabaru, Gondokusuman, Daerah Istimewa Yogyakarta (7/4).
Hasto Wardoyo mengatakan bahwa peran ulama sangat penting dalam menghadapi persoalan bangsa termasuk mengatasi permasalahan stunting di Indonesia, selain itu dibutuhkan peran tokoh agama untuk membantu mengatasi masalah pergaulan bebas di kalangan remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya kehamilan di luar nikah, pernikahan dini (usia terlalu muda) hingga timbulnya perceraian pada saat sudah menjalin rumah tangga.
“Kita berharap hubungan antara ulama dan umaro tetap terjalin dengan baik sehingga kolaborasi tetap terjaga,” Jelas Hasto.
Pernikahan di usia muda rentan diakibatkan dari rendahnya pendidikan hingga akan menyebabkan jarak kehamilan yang berdekatan, yang mengakibatkan potensi terjadinya stunting semakin besar. Selain pernikahan di usia muda, perceraian orang tua juga bisa menjadi penyebab anak-anak mengalami stunting.
dr. Hasto Wardoyo, menyoroti besarnya jumlah kasus perceraian di Indonesia yang mencapai 516.334 kasus pada 2022. Angka ini meningkat 15,31% dibandingkan 2021 yang mencapai 447.743 kasus.
“Ternyata perceraian pun bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya stunting. Pasalnya dari perceraian besar kemungkinan orang tua akan kurang memerhatikan anak-anaknya,” Tegas dr Hasto.
Mengutip Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 9, yang artinya”Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar. “(Q.S An-Nisa : 9), bahwa kita dilarang untuk meninggalkan (mewariskan) generasi yang lemah baik dalam hal kesehatan, ekonomi, ilmupengetahuan, keagamaan dan akhlaknya. Generasi stunting bisa dikategorikan dalam salah satu generasi yang lemah dimaksud.
dr. Hasto juga membagi penyebab stunting dalam tiga kelompok yaitu tidak langsung, intermediet, dan langsung. Penyebab tidak langsung yaitu sanitasi, pendidikan, sosial-ekonomi, dan kemiskinan. Intermediet yaitu jarak antar anak, jumlah anak, dan usia ibu. Sementara langsung yaitu nutrisi, ASI, dan penyakit yang diderita ibu ataupun anak.
“Anak penderita stunting adalah anak yang gagal tumbuh. Implikasinya, mereka memiliki kemampuan kognitif dan daya saing yang lemah. Ini akan membawa kita kepada masalah yang lebih besar lagi, yaitu kemiskinan,” jelasnya.
Salah satu upaya untuk mencegah stunting dengan tetap memberi ASI setelah anak berusia di atas 6 bulan sampai 2 tahun. Hal ini sesuai dengan perintah Alloh SWT dalam QS. Al-Baqarah Ayat 233 : “Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna…..”. Menurut ilmu kedokteran manfaat ASI (Air Susu Ibu) : 1) ASI di tahun kedua kandungan faktor imunitasnya meningkat; 2) Pemberian ASI setelah bayi 6 bulan cegah risiko alergi dan asma; 3) ASI perkecil risiko sakit anak usia 16-30 bulan; 4) ASI dibutuhkan anak yang sakit 5) ASI di tahun kedua lebih kaya nutrisi.
Ulama sebagai salah satu sumber pengetahuan selain penyampai nilai-nilai dan pesan keagamaan sehingga peran tokoh agama maupun ulama dinilai sangat krusial dalam menurunkan angka stunting di Indonesia.
“Pimpinan organisasi masyarakat Islam, penyuluh agama, da’i, dan da’iyah sangat strategis sebagai sumber ilmu, pendidik, penggerak, dan teladan bagi umat,” kata Hasto Wardoyo pada akhir sambutan.@Red.