Kaper BKKBN DIY Puji Peran BPD AKU Dalam Penurunan Stunting
Bangga Kencana II Yogyakarta – Saat berkunjung kepada para Pengurus Badan Pengurus Daerah Asosiasi Kelompok UPPKA (BPD AKU), Kamis (16/2) Kepala Perwakilan BKKBN DIY Shodiqin SH, MM., yang didampingi jajarannya memuji peran BPD AKU dalam menurunkan angka stunting di DIY.
“Berkat kerja keras seluruh stake holders, termasuk BPD AKU selama 2022 angka stunting di DIY turun dari 17,3% menjadi 16,4% atau semakin mendekati target nasional sebesar 14%. Dan UPPKA memberikan peran dengan memampukan keluarga-keluarga memberikan asupan gizi yang lebih baik bagi anak-anak mereka,” puji Shodiqin di hadapan Ketua BPD AKU DIY GKR Bendara.
Stunting merupakan gangguan tumbuh kembang yang disebabkan kekurangan asupan gizi selama masa pertumbuhan anak. Kurangnya asupan gizi bisa terjadi karena kesalahan pola pemberian makan anak. Namun sebagian besar kurangnya asupan gizi pada anak disebabkan karena rendahnya pendapatan keluarga sehingga tidak mampu menyediakan menu gizi seimbang. Dengan demikian peningkatan pendapatan keluarga merupakan salah satu upaya penting dalam mengurangi prevalensi stunting.
UPPKA atau Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor merupakan salah satu program prioritas BKKBN yang tujuannya adalah untuk meningkatkan penghasilan warga masyarakat pengguna kontrasepsi. Setelah jumlah anak menjadi ideal melalui pengaturan kehamilan dengan alat kontrasepsi dan pendapatan meningkat, tentunya kesejahteraan yang diberikan kepada anak yang berupa asupan makanan juga meningkat kualitasnya. Dengan demikian pertumbuhan anak optimal, dan stunting dapat dicegah.
Upaya peningkatan pendapatan dalam UPPKA ini mendorong kelompok-kelompok usaha mewadahi diri dalam Asosiasi Kelompok UPPKA atau lebih dikenal sebagai AKU. Agar lebih berdaya saing maka AKU mengambil bentuk Koperasi. Untuk tingkat DIY, AKU dipimpin oleh GKR Bendara, putri bungsu Sri Sultan Hamengku Buwono X, Raja dan Gubernur DIY.
GKR Bendara menyambut gembira penurunan angka stunting di DIY selama tahun 2022, seraya berharap tahun 2023 ini laju penurunan angka stunting bisa lebih dipercepat. Selain perbaikan asupan gizi secara tidak langsung melalui peningkatan pendapatan keluarga, penurunan angka stunting juga diupayakan dengan intervensi langsung berupa pemberian bahan makanan tambahan untuk mencukupi kebutuhan gizi anak rawan stunting. Pemberian makanan tambahan ini harus dilakukan secara rutin berkelanjutan dalam waktu setidaknya dalam enam bulan berturut-turut agar dapat diukur perkembangan kondisi anaknya.
“BPD AKU siap berkolaborasi dengan BKKBN dan pihak-pihak lain untuk mewujudkan tercukupinya kebutuhan gizi anak rawan stunting,” lontar Bendara.
Sementara itu dalam kapasitasnya sebagai ikon budaya Yogyakarta, GKR Bendara berdiskusi dengan Kepala Perwakilan BKKBN DIY Shodiqin dan jajarannya membahas pengentasan stunting melalui jalur budaya. Diskusi yang terjadi menyepakati bahwa peristiwa-peristiwa budaya seyogyanya bisa dimanfaatkan untuk mendorong masyarakat agar lebih menyadari pentingnya masalah stunting ini bagi masa depan bangsa.
GKR Bendara mencontohkan, upacara tingkeban (tujuh bulan usia kehamilan) dan upacara tedhak siten (menapak tanah pertama kali) bagi bayi usia 7 lapan (7 x 35 hari) hendaknya dapat diperluas pemaknaannya sebagai pengingat akan pentingnya asupan gizi seimbang bagi ibu hamil dan bagi tumbuh kembang anak.
“Pada dasarnya, anak-anak kita lah yang akan mewarisi budaya adiluhung yang kita miliki. Maka jauhkan anak-anak pemilik masa depan ini dari stunting, agar mampu melestarikan dan mengembangkan budaya,” tambah Shodiqin.@Red.