Giat BKKBN Jatim ” Rapat Koordinasi Bersama Stakeholder dan Mitra Kerja “di Malang
Bangga Kencana || Malang – BKKBN Jatim menyelenggarakan kegiatan Rapat Koordinasi Bersama Stakeholder dan Mitra Kerja Tingkat Provinsi dan Kab/Kota, selama tiga hari tanggal 9 hingga 11 Oktober 2022, di Kota Malang. Minggu (9/10).
Hadir dalam kegiatan tersebut Kepala Perwakilan BKKBN Jatim, Dra. Maria Ernawati, M.M., Penyuluh KB, pengelola Bidang KB di OPD KB Kab/ Kota serta Pengurus Cabang IBI se-Jawa Timur.
Tujuan dari kegiatan ini untuk meningkatkan penggarapan Pelayanan KB sebagai salah satu indikator keberhasilan pelaksanan Program Bangga Kencana dan dalam upaya percepatan penurunan stunting di wilayah Jawa Timur.
Pada pertemuan tersebut disampaikan paparan Optimalisasi Pelayanan KB pada kegiatan momentum, Penguatan Tenaga Lini Lapangan dalam Penggerakan Pelayanan KB dan sistem pencatatan pelaporan pada kegiatan momentum, Penguatan peran IBI dalam mendukung kegiatan Momentum Pelayanan KB, Testimoni Strategi penggerakan Pelayanan KB pada kegiatan momentum di Kabupaten Jember, Penguatan peran IPeKB dalam penggerakkan Pelayanan KB pada kegiatan Momentum serta Peran mitra dalam percepatan penurunan stunting.
Dalam pembukaan Rapat, Kepala BKKBN Provinsi Jawa Timur, Dra. Maria Ernawati, M.M., mengutarakan bahwa pada tahun 2022, rata-rata capaian peserta KB baru di Jawa Timur justru mengalami penurunan. Tahun 2022 BKKBN Jatim mendapatkan target PPM Peserta KB Baru sebesar 1.061.247. Namun sampai dengan bulan Juni 2022 dari target tersebut masih tercapai sekitar 9.28% atau 98.529 peserta KB Baru. Begitu juga dengan kesertaan KB MKJP (metode kontrasepsi jangka panjang), sampai dengan bulan Juni 2022 tercatat masih sebesar 36.92% atau 36.852 akseptor dari target yang ditetapkan yaitu 92.841 peserta KB Baru MKJP.
Hal itu mendorong Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional (BKKBN) untuk terus menggencarkan sosialisasi dan edukasi program Keluarga Berencana, bekerja sama dengan berbagai mitra lintas sektor terkait untuk meningkatkan capaian tersebut.
Guna mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga yang berkualitas, pemerintah menetapkan kebijakan keluarga berencana melalui program keluarga berencana. Kebijakan keluarga berencana ini dilaksanakan untuk membantu calon atau pasangan suami istri dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara bertanggung jawab tentang usia ideal perkawinan; usia ideal untuk melahirkan; jumlah ideal anak; hingga jarak ideal kelahiran anak.
Beberapa waktu yang lalu Kepala BKKBN, Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K), menyampaikan, jarak kelahiran anak atau birth to birth interval berkaitan erat dengan stunting. Bahkan hasil riset menunjukkan tidak hanya stunting yang berkorelasi dengan birth to birth interval tapi juga berkorelasi dengan autisme, dimana tiap tahunnya diperkirakan jumlah penderita autisme terus meningkat. Ketika seorang anak usianya belum lebih dari 3 tahun, kemudian sudah lahir adiknya, perhatian orang tua menjadi terbagi sehingga anak mendapatkan parenting atau pengasuhan yang kurang sempurna.
Menurut Dokter Hasto, Kepala BKKBN yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis kandungan tersebut, pengasuhan yang kurang optimal juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya stunting selain suboptimal nutritional dan suboptimal health. Disamping ancaman lahirnya anak-anak stunting, hal ini juga disinyalir menjadi pemicu timbulnya mental emotional disorder pada anak.
Program keluarga berencana tidak semata-mata dibuat untuk memenuhi target pemerintah. Ditinjau dari kacamata medis, selain bermanfaat mengatur jarak kehamilan atau kelahiran, banyak sekali manfaat program Keluarga Berencana bagi keluarga khususnya pasangan usia subur (PUS), baik secara fisik maupun psikis dan bisa dirasakan oleh seluruh anggota keluarga.
Apa saja manfaat mengikuti Program KB? Yuk kita simak penjelasan berikut ini :
Menjaga kesehatan ibu dan bayi, Kehamilan yang direncanakan dengan baik memberikan dampak perbaikan kesehatan ibu dan bayi karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek. Kesehatan mental dan sosial orang tua khususnya ibu menjadi lebih baik karena tersedianya waktu yang cukup untuk mengasuh anak, beristirahat dan menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan lainnya.
Ada beberapa kehamilan beresiko yang dapat dihindari melalui program KB dengan penggunaan alat kontrasepsi. Yaitu, kehamilan di usia terlalu tua, terlalu muda, kehamilan yang terlalu dekat jaraknya dan terlalu sering. Misalnya, perempuan di atas 35 tahun dan belum menopause masih bisa hamil. Namun kehamilan ini berisiko tinggi bagi ibu dan jabang bayi.
Begitu juga dengan kehamilan yang terlalu dekat setelah kelahiran sebelumnya. Tanpa penggunaan kontrasepsi seorang wanita bisa hamil kembali ketika anak pertama masih berusia kurang dari 1 tahun. Pada kondisi ini ibu belum pulih sepenuhnya setelah melahirkan anak sebelumnya. Dengan mengikuti program KB maka kehamilan dan persalinan beresiko dapat dihindari.
Program KB juga memberikan berbagai anjuran serta tips mengenai langkah-langkah dalam mengoptimalkan kesehatan ibu serta pengasuhan bayi agar tumbuh kembang bayi berjalan optimal, baik sebelum maupun setelah melahirkan. Untuk para calon pengantin, saat ini telah tersedia aplikasi ELSIMIL (Elektronik Siap Nikah dan Hamil) yang dapat diunduh melalui playstore guna memantau kondisi kesehatan calon pengantin sebelum melangkah ke jenjang perkawinan.
Untuk pasangan usia subur yang mempunyai ibu hamil atau ibu menyusui dan memiliki balita yang ingin sukses dalam pengasuhan 1000 hari pertama, juga tersedia panduannya melalui aplikasi Kalender Pintar Pengasuhan. Sedangkan bagi para ibu atau ayah yang ingin berkonsultasi seputar kesehatan keluarga juga bisa berkonsultasi secara online melalui portal siap.bahagia.com dan akan dilayani oleh tenaga profesional seperti psikolog, dokter dan bidan secara cuma-cuma.
Mengoptimalkan pengasuhan anak, dengan menggunakan kontrasepsi atau program KB, pasangan dapat merencanakan waktu kehamilan dengan tepat. Hal ini erat kaitannya dengan kecukupan ASI dan pola asuh anak. Idealnya, jarak anak pertama dan kedua adalah 3–5 tahun. Dengan jarak ini anak pertama bisa mendapatkan ASI dengan maksimal hingga usia 2 tahun. Tidak hanya hanya itu, anak juga jadi bisa mendapatkan perhatian serta kasih sayang yang cukup dari orang tua sehingga proses tumbuh kembang anak berjalan optimal.
Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan atau tidak diinginkan, pasangan yang tidak ber-KB berisiko mengalami kehamilan yang tidak direncanakan atau tidak diinginkan. Kehamilan tak diinginkan juga bisa terjadi karena PUS kesulitan mendapatkan akses pelayanan atau khawatir akan efek samping penggunaan kontrasepsi. Pada remaja, kehamilan tidak diinginkan banyak terjadi karena perkawinan anak, minimnya pengetahuan kesehatan reproduksi serta seks pranikah.
Berdasarkan Data Guttmacher Institute yang dikutip dalam Laporan Situasi Kependudukan Dunia 2022 UNFPA, pada tahun 2015-2019, terdapat 40 persen kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak direncanakan. Sedangkan menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), dari 200 juta kehamilan per tahun di Indonesia, 75 juta diantaranya merupakan kehamilan tidak diinginkan.
Berdasarkan data status perencanaan kelahiran hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 diketahui bahwa tujuh persen wanita usia 15-49 tahun, tidak menginginkan kelahiran anak. Sementara delapan persen lahir pada waktu yang tidak tepat atau tidak diinginkan.
Alasan kehamilan yang tidak diinginkan pun beragam, antara lain karena memiliki jumlah anak yang banyak, istri masih terikat kontrak kerja, suami tidak setuju istri menggunakan kontrasepsi, umur istri terlalu tua, indikasi medis, jarak anak terlalu dekat dan lainnya. Dampak dari kehamilan tidak diinginkan tersebut juga beragam, mulai dari anemia pada ibu hamil, malnutrisi, bayi lahir prematur, stunting hingga depresi.
Sebagian bahkan melakukan aborsi sehinga bisa berdampak pada kematian ibu dan bayi. Melalui penggunaan alat kontrasepsi setiap pasangan bisa merencanakan kehamilan dan menghindari dampak negatif kehamilan yang tidak direncanakan.
Menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa manfaat penggunaan kontrasepsi adalah untuk menurunkan risiko kematian ibu dan bayi. Penggunaan kontrasepsi dapat mencegah risiko kehamilan 4 terlalu, yaitu terlalu tua, terlalu muda, terlalu sering dan terlalu rapat jaraknya. Kehamilan ini berisiko menimbulkan komplikasi pada ibu dan bayi hingga risiko kematian ibu dan bayi meningkat akibat bayi lahir prematur, berat rendah (BBLR), hingga cacat lahir.
Sementara risiko pada ibu termasuk depresi saat hamil dan setelah melahirkan (postpartum), hingga komplikasi melahirkan. Dikutip dari WHO, penggunaan alat kontrasepsi dapat mencegah risiko kesehatan jangka panjang yang berkaitan dengan kehamilan bagi perempuan.
Data kolaborasi BPS dan UNICEF Indonesia melaporkan, anak perempuan usia 10-14 tahun berisiko 5 kali lebih besar meninggal akibat komplikasi daripada perempuan yang hamil di usia 20-24 tahun. Beberapa risiko komplikasi yang harus dihadapi oleh perempuan yang hamil di usia belia adalah fistula obstetri, infeksi, perdarahan hebat, anemia, dan eklampsia. Hal ini dapat terjadi karena secara fisik tubuh belum siap.
Risiko komplikasi juga mungkin terjadi jika ibu sering hamil dengan jarak yang berdekatan. Berbagai penyebab kematian ibu akibat komplikasi kehamilan dan persalinan dapat dicegah salah satunya dengan mengikuti program keluarga berencana.
Mencegah terjadinya stunting, berdasarkan hasil survei Status Gizi Balita di tahun 2019, 27,67% balita Indonesia mengalami stunting. Mencegah stunting sangat penting karena kekurangan gizi kronis pada masa awal pertumbuhan berdampak buruk bagi anak ketika dewasa.
Anak yang menderita stunting memiliki kecerdasan yang rendah (di bawah rata-rata), sistem kekebalan tubuh yang rendah, dan lebih berisiko terkena penyakit ketika dewasa. Stunting bisa disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang dikonsumsi ibu saat hamil dan menyusui, maupun kurangnya gizi yang dikonsumsi anak sejak dalam kandungan hingga berusia 2 tahun.
Keluarga mapan pun anaknya bisa mengalami stunting karena pengasuhan yang tidak maksimal. Calon ibu yang kurang sehat, misalnya menderita anemia dan asupan nutrisi buruk selama prakonsepsi (sebelum kehamilan) juga bisa jadi penyebab anak menderita stunting. Untuk mencegah stunting, perbaikan gizi jadi solusi mutlak. Bagi yang mempunyai bayi, berikan ASI eksklusif minimal 6 bulan, lanjutkan hingga 2 tahun disertai MPASI yang berkualitas dengan gizi seimbang.
Optimalkan dengan penggunaan kontrasepsi agar tidak ada dua batita dalam satu rumah, sehingga anak memperoleh kasih sayang dan perhatian yang cukup pada masa golden age atau periode emas anak karena pada masa ini tumbuh kembang otak serta fisik anak berlangsung sangat pesat.
Mengurangi risiko anak mengalami mental emotional disorder , WHO menyebut mental emotional disorder atau gangguan emosi mental adalah gangguan keseimbangan pribadi secara klinis, menyangkut gangguan pengaturan emosi dan perilaku. WHO menyatakan pada 2019, satu dari delapan orang atau 970 juta orang di seluruh dunia mengalami mental disorder.
Menurut dokter Hasto, berdasarkan riset kesehatan dasar, mental emotional disorder atau gangguan emosi mental di kalangan remaja dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Jika sebelumnya angka remaja yang mengalami mental emotional disorder sebanyak 6,1 persen maka tahun 2022 jumlahnya meningkat menjadi 9,8 persen. Perilaku remaja yang brutal dan mudah terpancing untuk bertindak kriminal juga disebabkan oleh mental emotional disorder.
Hingga saat ini memang belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab timbulnya gangguan mental. Namun, kondisi ini diketahui berkaitan dengan faktor biologis dan psikologis diantaranya :
1. Faktor Biologis
· Gangguan pada fungsi sel saraf di otak
· Infeksi bakteri
· Riwayat keluarga
· Kelainan bawaan atau cedera pada otak
· Kekurangan oksigen pada otak bayi saat proses persalinan
· Penyalahgunaan NAPZA dalam jangka waktu panjang
· Kekurangan nutrisi
2. Faktor Psikologis
· Peristiwa traumatik
· Kehilangan orang tua atau disia-siakan di masa kecil
Kehamilan yang tidak diinginkan berpotensi merampas hak anak untuk tumbuh secara maksimal dari segala aspek, mulai dari tumbuh kembang secara fisik, pendidikan hingga sosial. Wanita juga rentan mengalami depresi saat hamil dan setelah melahirkan, terutama jika kehamilan terjadi pada usia muda atau saat belum siap memiliki anak.
Pria juga bisa mengalami depresi saat istri hamil atau melahirkan akibat belum siap secara fisik, mental dan finansial. Untuk itu kehadiran anak perlu dipersiapkan secara matang. Melalui program keluarga berencana, setiap pasangan bisa menentukan sendiri kapan waktu yang tepat untuk memiliki buah hati.
Sehingga anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya sehat secara fisik dan mental. Sesudah lahir anak mendapat perhatian, pemeliharaan dan asupan yang cukup. Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena pengasuhan yang optimal dan lebih banyak waktu yang dapat diberikan oleh orang tuanya.
Membentuk keluarga yang berkualitas, merencanakan kehamilan dan jumlah anak tentu akan berdampak pada aspek ekonomi, pendidikan, dan pengasuhan. Jika semua direncanakan dengan baik, peluang menciptakan keluarga berkualitas akan semakin besar. Program Keluarga Berencana saat ini dikenal dengan istilah Bangga Kencana yang merupakan akronim dari “Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana. Hal ini sesuai dengan misi BKKBN dalam mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas melalui keluarga berencana dan pembangunan keluarga.
Melalui program keluarga berencana, setiap pasangan suami istri bisa menentukan sendiri kapan waktu yang tepat untuk memiliki anak. Sehingga dapat mempersiapkan kehamilan secara fisik, finansial, dan mental dengan lebih baik. Program keluarga berencana juga dapat membantu keluarga merencanakan masa depan anak dengan lebih matang. Lebih jauh, program KB bisa memberikan kesempatan bagi Anda dan pasangan untuk mengembangkan potensi diri sebelum merasa mantap untuk memiliki buah hati.
Terkait capaian peserta KB baru di wilayah Jawa Timur yang masih minim, menurut Penyuluh KB hal tersebut terjadi akibat terdapat beberapa kendala. Antara lain, kendala teknis pada aplikasi NEW SIGA yang kerapkali mengalami gangguan sehingga petugas kesulitan menginput hasil capaian secara online.
Disamping itu, di tahun 2022 ini adanya merger atau penggabungan Dinas KB dengan dinas lain di level kabupaten kota memerlukan berbagai penyesuaian kebijakan dan program sebagai dampak dari perubahan nomenklatur, hal ini berdampak pada pelaksanaan program Bangga Kencana khususnya pada pelayanan keluarga berencana. Selain itu terdapat keterlambatan proses input data sehingga capaian kinerja program bangga kencana di Jawa Timur menjadi kurang optimal.
Dari hasil pertemuan tersebut, direkomendasikan beberapa hal antara lain :
Saat ini pelayanan KB dapat dilaksanakan pada semua fasyankes dan tidak hanya yang sudah berjejaring dengan BPJS saja sehingga perlu digencarkan lagi kerjasama dan sosialisasi dengan pihak terkait.
Perlunya Penguatan KB Paska Persalinan dengan memonitor ibu hamil dan pemberian edukasi tentang KB Pasca Persalinan. Dan hal ini perlu didukung dengan ketersediaan alat kontrasepsi implant dan Pil Progrestin untuk mengakomodir KB Paska Persalinan.
Optimalisasi penggunaan Muyan KB (Mobil Unit Pelayanan KB) untuk memfasiliasi pelayanan KB pada kegiatan momentum.
Mengoptimalkan Pelayanan KB Bergerak untuk wilayah yang akses faskesnya terbatas dengan mengoptimalkan dukungan Dinas Kesehatan. Ditunjang dengan pemetaan wilayah yang sulit dan rendah kesertaan ber-KB nya.
Oleh sebab itu, bagi pasangan muda atau pasangan usia subur jangan ragu untuk melakukan perencanaan kehamilan dengan mengikuti Program Keluarga Berencana. Pilihan alat kontrasepsinya pun bisa menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing keluarga, menggunakan kontrasepsi jangka panjang atau jangka pendek, hormonal maupun non hormonal.
Segera konsultasikan kebutuhan perencanaan keluarga kalian ke bidan atau dokter di fasilitas kesehatan terdekat, atau hubungi penyuluh keluarga setempat untuk mendapatkan manfaat yang luar biasa dari program keluarga berencana. @Red