Nasional

Berkolaborasi Dengan Unair, BKKN Jatim Gelar Seminar Bahas Stunting

Bangga Kencana || Surabaya – BKKBN Jatim (Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jatim) Puslitbang KB-KR berkolaborasi dengan FKM Unair, menggelar Seminar Online Nasional dan Pararel Sessions via hybrid (tatap muka dan virtual zoom), di kampus FKM Unair. Senin (8/11/2021).

Seminar ber tema “Kajian Ilmiah untuk Konvergensi Intervensi Spesifik dan Sensitif untuk Menuju Indonesia Bebas Stunting” menghadirkan para Nara sumber hebat dibidangnya, yakni Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG (K),  (Kepala BKKBN Pusat), Prof. Rizal M Damanik, Ph.D (Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN Pusat),  Pungkas Bahjuri Ali, S.TP, MS, Ph.D (Kepala Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas), dan Prof. Dr. Sri Sumarmi, SKM., M.Si., Guru Besar FKM Unair.

“Program Keluarga Berencana (KB) sangat penting dalam upaya mewujudkan Manusia Indonesia yang sejahtera, dimana dalam Undang-undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan. Tahun 2017 Total Fertility Rate di Indonesia menurun menjadi sekitar 2,4 anak per wanita, dari sebelumnya 2,6 anak per wanita pada Tahun 2012,” ujar Hasto Wardoyo.

Hasto menerangkan, Angka 2,4 anak per wanita, artinya seorang wanita di Indonesia rata-rata melahirkan 2,4 anak selama hidupnya. Dengan angka kelahiran pada wanita rentang usia 15-19 tahun mencapai 36/1000 kelahiran dari sebelumnya 46/1000 kelahiran.

“Pemerintah sendiri melalui BKKBN menargetkan penurunan angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) menjadi 2,24 anak per wanita di tahun 2021. Sementara Angka kelahiran remaja umur 15-19 tahun (Age Spesific Rate/ASFR ditargetkan turun menjadi 24/1000 kelahiran di tahun 2021,” lanjut Hasto.

Permasalahan lain yang menjadi fokus pemerintah di tahun 2021 adalah upaya mempercepat penurunan stunting. Data SSGBI menunjukkan masih terdapat sekitar 27,7 persen anak stunting dan kemungkinan angka tersebut dapat meningkat akibat dampak dari kondisi Pandemi Covid-19.

“Kerdil (stunting) pada anak mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak Balita (Bawah 5 Tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga usia dua tahun. Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan seyogyanya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan,” ujar Hasto.

“Untuk mempercepat penurunan stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024 tentunya tidak mudah, perlu sinergi dan konvergensi program Kementerian/Lembaga termasuk dukungan di bidang Penelitian dan Pengembangan. Guna mendukung kebijakan berbasis bukti maka perlu dilaksanakan Seminar/Prosiding hasil-hasil penelitian yang relevan yang dilaksanakan selama Tahun 2021 dengan bekerjasama dengan mitra Perguruan Tinggi,” pungkas Deputi Latbang BKKBN, Prof. Rizal M Damanik, Ph.D. @red.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button