Nasional

Melalui e-Learning Pelatihan Teknis Agen Pencegahan Stunting oleh BKKBN Jatim

Bangga Kencana || Surabaya – Sesuai dengan Rencana Strategis (Renstra) Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2020-2024 yang diadopsi dalam Renstra Perwakilan BKKBN Jatim 2020-2024, BKKBN berperan pada Agenda Prioritas Pembangunan Nomor 3, yaitu “Meningkatkan SDM berkualitas, meningkatkan kualitas anak, perempuan, dan pemuda, mengendalikan pertumbuhan penduduk”.

Peran BKKBN adalah dalam bidang Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana sehingga seluruh sasaran dan indikator kinerja diarahkan untuk mendukung agenda prioritas pembangunan yaitu “Mewujudkan Keluarga Berkualitas dan Pertumbuhan yang seimbang”.

Presiden Joko Widodo dalam pidatonya tentang visi Indonesia menyatakan bahwa pembangunan sumber daya manusia merupakan prioritas, dimana titik dimulainya pembangunan SDM adalah dengan menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi, kesehatan balita, kesehatan anak usia sekolah. Dengan demikian harus dijaga agar tidak ada stunting, kematian ibu, atau kematian bayi.

Berbagai isu strategis terkait pemenuhan layanan dasar diantaranya angka kematian ibu dan bayi masih tinggi, rendahnya pemahaman remaja tentang Kesehatan Reproduksi dan penyiapan kehidupan berkeluarga, kebutuhan ber-KB yang tidak dapat terlayani (unmet need) di Indonesia dikategorikan masih tinggi dan prevalensi stunting masih tinggi. Hal ini juga masih menjadi perhatian serius di Provinsi Jawa Timur.

Berdasarkan data SSGBI 2019, prevalensi stunting nasional adalah 27,67%. Prevalensi stunting Provinsi Jawa Timur ada di urutan ke-5 terbesar di Indonesia (26,9%) setelah Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Jawa Tengah. Pada tahun 2021 ini BKKBN ditunjuk sebagai ketua pelaksana percepatan penurunan stunting hingga menjadi 14% di tahun 2024.

Dalam mendukung hal tersebut, diperlukan SDM BKKBN yang handal hingga tingkat lini lapangan yang mampu bersinergi dengan SDM lintas sektor lainnya di wilayah kerja masing-masing.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi underweight, stunting, wasting berturut-turut ialah 17,8 persen; 30,8 persen; dan 10,24 persen. Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi stunting cukup tinggi dibandingkan negara-negara berpendapatan menengah lainnya.

Riskesdas melaporkan prevalensi stunting dari tahun ke tahun berturut turut dari tahun 2007, 2010, 2013 dan 2018 adalah 36,8 persen; 34,6 persen; 37,2 persen; dan 30,8 persen. Tingginya prevalensi stunting di Jawa Timur yang bahkan di beberapa kabupaten/ kota melebihi angka nasional membuat stunting menjadi masalah yang harus kita pecahkan bersama dengan peran serta berbagai unsur dan lembaga.

Berdasarkan Renstra Pusdiklat BKKBN 2020-2024, masalah SDM Bangga Kencana adalah rendahnya persentase SDM yang kompeten. Untuk itu diperlukan program pengembangan kompetensi SDM Bangga Kencana. Salah satu upaya meningkatkan kompetensi SDM adalah melalui pelatihan. Dalam upaya percepatan penurunan stunting pun perlu adanya pelatihan untuk memberikan pembekalan praktis dan teoritis kepada peserta terkait pencegahan stunting melalui pendampingan ibu hamil dan keluarga baduta. Pencegahan stunting tidak bisa hanya dilakukan oleh SDM Bangga Kencana, namun juga perlu ada dukungan tenaga lini lapangan dari lintas sektor.

Dalam rangka memperkuat sinergitas SDM lini lapangan dalam upaya pencegahan stunting sesuai dengan Pendekatan siklus hidup di masa 1000 HPK yang dimulai sejak ibu hamil, Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur menyelenggarakan Pelatihan Teknis Agen Pencegahan Stunting Melalui e-Learning pada 24 Mei 2021.

Pelatihan ini diharapkan dapat membentuk tim agen pencegahan stunting yang menjadi role model bagi rekan-rekan di wilayah kerjanya dalam mencegah stunting di wilayah masing-masing.

Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Timur, Drs Sukaryo Teguh Santoso, M.Pd., dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa tujuan diselenggarakannya pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian dan keterampilan peserta agar mampu menjadi agen pencegahan stunting sebagai role model di wilayah masing-masing melalui pendampingan kepada ibu hamil dan keluarga baduta. Hasil pelatihan ini diharapkan dapat menunjang tugas peserta dan berkontribusi dalam upaya pencegahan stunting.

Dalam pelatihan, sasaran peserta terdiri dari 85 orang dari Kabupaten yang menjadi prioritas wilayah yang terindikasi stunting yang terdiri dari pejabat yang menangani stunting 1 orang dari OPD KB, penyuluh KB sebanyak 4 orang, bidan Desa sebanyak 4 orang,
Pokja IV PKK Desa sebanyak 4 orang, dan kader KB sebanyak 4 orang.

“Untuk Penyuluh KB, Bidan Desa, Pokja IV PKK Desa dan Kader KB adalah tim yang berasal dari 1 desa sehingga masing-masing Kabupaten mengirim 4 tim dari 4 desa dan diharapkan berasal dari desa yang menjadi prioritas dari wilayah terindikasi stunting,” terang pak Teguh.

Adapun Materi yang disampaikan pada Pelatihan Teknis Agen Pencegahan Stunting melalui E-Learning adalah sebagai berikut :
1. Kebijakan Percepatan Penurunan Stunting
2. 1000 HPK.
3. Dasar-dasar konseling Keluarga
4. Pendampingan Ibu Hamil
5. Kesehatan Gizi Ibu Hamil
6. Kesehatan Reproduksi Ibu Hamil dan Baduta
7. Pengasuhan Baduta
8. Pemenuhan Gizi Baduta
9. Overview pelatihan
10. Building Learning Commitment (BLC)
11. Rencana Tindak lanjut (RTL)

Dalam pelatihan ini pengajar atau narasumber yang akan mengampu materi antara lain Bidang KS-PK Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Bidang KB-KR Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Jurusan Kebidanan Polkesma Malang,
Jurusan Gizi Polkesma Malang, Psikolog, dan Widyaiswara. @red

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button