Pemaparan Kaper BKKBN Jatim Dalam Webinar “Seks Pra Nikah Berdampak pada Gangguan Psikologis serta Kognitif pada Remaja”
Bangga Kencana || Surabaya – Kepala Perwakilan (Kaper) Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Timur, Drs. Sukaryo Teguh Santoso, M.Pd., menjadi narasumber webinar melalui platform Zoom yang digelar Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Kendedes Malang bekerjasama dengan HOGSI Malang, Jumat (22/1/2021).
Webinar dengan topik “Petaka Seks Pra Nikah di Usia Remaja” digelar dalam rangka pengabdian STIKes Kendedes untuk memberikan informasi, edukasi, dan update berbagai informasi dari bidang pelayanan kesehatan Reproduksi Remaja bagi kalangan medis dan umum. Webinar yang digelar hari ini diikuti oleh 120 peserta yang bergabung melalui aplikasi Zoom.
Pak Teguh dalam pemaparan materi “Seks Pra Nikah Berdampak pada Gangguan Psikologis serta Kognitif pada Remaja”, menerangkan bahwa Webinar ini juga sebagai sarana bagi BKKBN Jatim untuk mengedukasi peserta seminar yang sebagian besar berasal dari kalangan Remaja.
“Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka. Remaja yang dahulu terjaga secara kuat oleh sistem keluarga, adat budaya serta nilai-nilai tradisional yang ada, telah mengalami pengikisan yang disebabkan oleh urbanisasi dan industrialisasi yang cepat. Hal ini diikuti pula oleh adanya revolusi media yang terbuka bagi keragaman gaya hidup dan pilihan karir,” urai pak Teguh.
Pak Teguh juga menerangkan Anak muda merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi-generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik. Di tangan anak mudalah tergenggam arah masa depan bangsa ini.
”Hasil sensus penduduk tahun 2020, 27,94% adalah generasi Z atau penduduk dengan kisaran usia 9-24 tahun itu artinya mayoritas penduduk saat ini adalah remaja, artinya bila kita dapat memanfaatkan mereka dengan baik maka kita bisa menciptakan generasi penerus bangsa yang hebat,” ungkap Pak Teguh.
“Namun demikian, ternyata faktanya banyak perilaku remaja di Indonesia yang masih jauh dari harapan terutama dalam perilaku hidup sehat, masih tingginya angka pernikahan dini, seks pra-nikah, HIV Aids atau Penyalahgunaan Narkotika menjadi tantangan tersendiri bagi semua pihak agar peluang bonus demografi yang di depan mata tidak malah menjadi sebuah bencana,” terang beliau.
Pak Teguh menjelaskan pada masa remaja terdapat tiga resiko yang akan dihadapi oleh remaja, yaitu Seksualitas (sex pranikah), HIV/ AIDS dan Napza (penyalahgunaan obat-obatan terlarang) yang juga akan mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Remaja.
Perilaku seks pranikah adalah perilaku seksual remaja yang dilakukan tanpa adanya ikatan pernikahan. Biasanya perilaku seks pranikah sering dilakukan saat remaja berpacaran. Perilaku ini merupakan akibat dari perkembangan biologis sehingga mendorong hasrat seksualnya.
Menurut Pak Teguh Seks Bebas memiliki dampak psikologis yang kurang baik. “Menurut Psikolog Thomas Lickona secara Psikologis seks bebas akan membuat dampak psikologis di antaranya munculnya kekhawatiran akan kehamilan dan penyakit seksual, memengaruhi perkembangan karakter, depresi, dan juga kehamilan di usia muda.
“Sementara menurut Profesor Koentjoro (UGM) perilaku sek bebas dapat menimbulkan Guilty Feeling, Ketergantungan secara emosi dan seksual, Berpontensi terjadi kekerasan dalam pacaran. Berpotensi terjadi kecenderungan perselingkuhan pada saat sudah nikah, munculnya kekawatiran hamil diluar nikah dan PMS dan juga Sulit memiliki hubungan yang serius,” ungkap Pak Teguh.
“Selain itu tingginya angka HIV/AIDS di Jawa Timur juga menjadi perhatian tersendiri. Berdasarkan data kemenkes di Triwulan I 2020, Jawa Timur ada di peringkat 2 (dua) kasus tertinggi penderita HIV dan Juga AIDS, ini tentu sangat memprhatikan. Apalagi secara usia penderita masyoritas di usia 20 tahunan, jika seseorang sudah dinyatakan menderita HIV/AIDS di usia 20-an itu berarti mereka terpapar virus sejak 4-5 tahun sebelumnya itu artinya perilaku kehidupan mereka sudah kurang sehat sejak di usia remaja,” terang beliau.
Dalam rangka merespon permasalahan remaja saat ini, BKKBN mengembangkan Program Generasi Berencana (GenRe). Program GenRe adalah program yang dikembangkan dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja melalui pemahaman tentang Pendewasaan Usia Perkawinan sehingga mereka mampu melangsungkan jenjang pendidikan secara terencana, berkarir dalam pekerjaan secara terencana, serta menikah dengan penuh perencanaan sesuai siklus kesehatan reproduksi.
“Program GenRe adalah program yang mengedepankan pembentukan karakter bangsa dikalangan generasi muda. Program GenRe merupakan wadah untuk mengembangkan karakter bangsa karena mengajarkan remaja untuk menjauhi Pernikahan Dini, Seks Pra Nikah dan NAPZA guna menjadi remaja tangguh dan dapat berkontribusi dalam pembangunan serta berguna bagi nusa dan bangsa sasaranya sendiri adalah Penduduk dengan usia 10-24 tahun (belum menikah), keluarga, dan masyarakat yang peduli terhadap remaja,” ujar Pak Teguh.
“Selain itu bagi remaja yang memiliki keluhan dan keinginan untuk melakukan konsultasi mengani permasalalahan kesehatan reproduksi atau keluarga kita memiliki portal website siapbahagia.com layanan konsultasi dan informasi seputar keluarga, jangan jauh bila ingin memerlukan konsultasi seputar kehidupan remaja bisa langsung mengunjungi portal siapbahagia.com. Konsultasi akan ditangani oleh tenaga professional Psikolog, Dokter dan Bidan. Meliputi konsultasi remaja, konsultasi calon pengantin dan konsultasi keluarga,” pungkas Pak Teguh. @red