Keluarga Jawa Timur

Peringati Hari Lansia Internasional, BKKBN Jatim Gelar Webinar Lansia Bahagia Bersama Keluarga

Ket: Drs Sukaryo Teguh Santoso, M.Pd.

Bangga Kencana, Surabaya – Dalam rangkaian Hari Lansia Internasional tanggal 1 Oktober 2020 lalu, Kepala Perwakilan (Kaper) Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Timur, Drs. Sukaryo Teguh Santoso, M.Pd., bekerja sama dengan BBS-TV di Surabaya mengadakan Acara Dialog dalam Acara KUBIK atau Diskusi Publik dengan mengundang seluruh Jajaran BKKBN se-Jawa Timur, Petugas Lapangan PLKB se-Jawa Timur, Kelompok-kelompok PKK dari seluruh Kabupaten, Kelompok-kelompok Peserta KB dari ribuan Desa serta jajaran sahabat BKKBN dari seluruh Kabupaten.

Acara yang dipandu oleh Moderator dari BBS-TV mBak Chaterin Elisen tersebut membawakan tema Hari Lansia Internasional sesuai Budaya Indonesia “Lansia Bahagia Bersama Keluarga”.

Ket: Prof Haryono Suyono

Acara yang padat makna tersebut, sekaligus menyambut hampir sepuluh persen penduduk Indonesia yang menjadi penduduk lanjut usia atau sekitar 25 juta orang, atau di Jawa Timur sebanyak 4 juta orang.

Menurut rencana acara akan dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur, Ibu Khofifah Indar Parawansa, Kepala BKKBN Dr dr Hasto Wrdoyo, SPOG, Ketua Umum PB PWRI, Mantan Kepala BKKBN, Ketua Tim Pakar Menteri Desa PDTT, Prof. Dr. Haryono Suyono, Kepala BKKBN Provinsi Jatim, Drs. Sukaryo Teguh Santoso, M.Pd., Psykoloh, Dr. Andik Matulessy, M.Si.

Karena Ibu Gubernur sedang dinas di Jakarta, diwakili oleh Kepala Dinas Kependudukan Jawa Timu, dr. Andrianto dan Kepala BKKBN Pusat diwakili oleh Deputy BKKBN Pusat, Dr dr Yani, Ulama Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng Gus Fahmi Amrullah.

Drs. Sukaryo Teguh Santoso, Kepala BKKBN Jatim selaku tuan rumah memulai acara dengan menguraikan demografi lansia di Jawa Timur dengan menyinggung perkembangan secara nasional.

Jawa Timur dengan keberhasilan KB, jumlah penduduk lansia sudah tinggi. Kalau rata-rata nasional masih mendekati angka 10 persen, barangkali di Jawa Timur sudah 13 persen. Seperti daerah maju lainnya, lansia di Jawa Timur tidak saja jumlahnya melimpah tetapi mereka relatif memiliki tingkat kesehatan yang lebih baik, berusia panjang sehingga menempati posisi sebagai lansia lebih lama dibanding lansia di provinsi lainnya, artinya memiliki usia harapan hidup lebih lama.

Karena lansia jumlahnya relatif banyak, dan lebih dulu mendapatkan jumlah lansia yang banyak dari provinsi lainnya, maka banyak juga lansia yang bisa dikatakan ikut-ikutan tertarik sehingga di banding dari provinsi lain, lansia di Jawa Timur juga memiliki jumlah yang miskin atau menderita, yaitu sisa-sisa lansia penduduk masa lalu yang terbaik lolos sampai lanjut usia.

Kepala Dinas Kependudukan Jawa Timur, dr. Andrianto, sangat bersyukur karena Pemda Jawa Timur telah banyak memberikan dukungan kepada penduduk lansia dengan berbagai peraturan daerah dan langkah-langkah konkrit yang memberikan dukungan kepada penduduk lanjut usia.

Dengan adanya berbagai peraturan Pemda tersebut, maka seluruh Kabupaten Kota dapat meberikan pelayanan resmi dengan dukungan dana yang memadai untuk memberikan berbagai fasilitas pada lansia dengan kebutuhannya yang harus dipenuhi karena dirinya sendiri tidak bisa memenuhi lagi secara penuh.

Pak Yani yang mewakili Kepala BKKBN membeberkan berbagai kebijakan secara nasional dalam proses pemberian dukungan dalam konteks “Bina Keluarga Lansia”, yaitu pembinaan lansia yang berbeda dengan “bina lansia” dalam Panti Asuhan, tetapi bina lansia tetap dalam lingkungan keluarga, biarpun oleh anak-anak muda dalam lingkungan BKKBN diterjemahkan menjadi “lansia tangguh” tetapi tetap dalam lingkungan keluarga.

Konsep dalam lingkungan keluarga ini telah sejak lama dicanangkan agar lansia tetap nyaman dalam lingkungan keluarga.
Deputi Yani juga secara singkat membahas faktor-faktor penyakit, lupa atau keluhan lain yang biasa terjadi pada penduduk lansia.

Pak Yani menjelaskan bahwa dengan olah raga dan kegiatan berkumpul dengan masyarakat luas akan sangat mengurangi kelainan tersebut. Bahkan mengharapkan agar pada masa anak-anak dicegah tidak mengalami kurang gizi atau stunting karena membawa akibat sangat mengganggu pada masa lansia.

Prof. Dr. Haryono Suyono yang disodori pernyataan bahwa lansia bayak dianggap kurang bermanfaat atau menderita ditanggapinya sebagai kasus lama karena lansia di tahun 1940, 1950 atau 1960 memang menderita karena tingkat pendidikannya rendah, miskin dan sakit-sakitan.

Lansia masa kini adalah pensiunan pegawai negeri, ada Bupati, Camat, Direktur, Dirjen, Menteri dan bahkan Gubernur dengan latar pendidikan yang jauh lebih baik dibanding lansia masa lalu.

Lansia dalam keadaan anak laki-laki dan perempuannya sudah menikah, lansia sekarang akan melihat anak laki-laki dan perempuannya dua duanya bekerja, sehingga lansia dalam keluarga bisa sangat berperan mulai dari membantu cucunya atau cucu tetangganya mengantarnya pergi ke PAUD.

Bahkan dalam keadaan serangan virus dewasa ini, seorang lansia bisa menjadi pendamping cucunya yang sudah SD, SMP atau SMA mengikuti sekolah daring karena kedua orang tuanya sedang bekerja. Lansia menjadi sangat berguna dalam keluarga karena kegunaan timbal balik itu terjadi kasih sayang tiada henti. Lebih-lebih lagi kalau kebetulan memiliki “simpanan deposito” tidak segera di wariskan, sehingga lansia tetap memiliki hak untuk mentraktir anak dan cucunya dengan kehormatan yang sangat tinggi, bukan hanya di traktir oleh anaknya yang memiliki pendapatan yang mungkin lebih tinggi.

Secara panjang lebar Haryono menggambarkan kesempatan baru bagi lansia, lebih-lebih lansia jaman sekarang tidak hanya sebentar menjadi lansia, tetapi jauh lebih lama bisa 20 tahun, 30 tahun, atau lebih sehingga hidup sebagai lansia memiliki keuntungan masa emas kedua karena pilihannya lebih nikmat dibandingkan lansia di masa lalu.

Komentar lebih lanjut diberikan oleh Gus Fahmi Amrullah Pengurus Pondok Pesantren dari Tebu Ireng yang memberikan komentar didasarkan ajaran Kitab Suci Al Qur’an yang memberikan penghragaan yang tinggi kepada penduduk lanjut usia. Kepada seorang ayah, seorang ibu yang harus dihargai sebagai layaknya seorang yang beriman.

Pandangan dari sudut psychologi diberikan oleh Dr. Andik Matulessy, M.Si., di gambarkan bahwa secara wajar ada saja seorang lansia mengalami perubahan daya ingat, sering bingung atau perasaan lain karena adanya gangguan usia yang bertambah lanjut. Uraian yang menarik diberikan oleh Dr. Andik dari sudut psychologi yang memberikan gambaran dengan sangat menarik.

Akhirnya para nara sumber diberikan kesempatan menjawab pertanyaan yang berasal dari para peserta yang jumlahnya sangat melimpah. Pertanyaan sangat menarik bagaimana “memberi petunjuk” kepada “lansia”.

Haryono menganjurkan agar ada timbal balik antara lansia dan anak atau cucu sama-sama bisa “membetulkan” atau “saling memberikan petunjuk” karena hubungan antara lansia dan anak terjadi kerja sama yang baik, suatu “perintah timbal balik” antara lansia dan anak atau cucunya.

Para nara sumber pada umumnya mendapat pertanyaan yang melimpah menandakan bahwa masyarakat Jawa Timur yang mengikuti acara ini benar-benar jauh lebih cerdas dibandingkan masyarakat di masa lalu, semoga kemajuan ini mencerminkan dinamika yang makin tumbuh dalam masyarakat kita. Alhamdulillah. @red (hs

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button